Ada kecemasan saat membaca berita tentang kebakaran lahan di kawasan Bukit Gado-Gado, di Kecamatan Padang, Padang Selatan, Sumatera Barat, September 2019 lalu.
Tapi untunglah, kebakaran cepat diatasi oleh Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD). Apalagi api sempat menghanguskan sekitar setengah hektar pohon besar yang berada di puncak bukit tersebut, sebagaimana diberitakan situs covesia.com/archipelago.
Bukit Gado-Gado memang bukanlah kawasan hutan biasa. Ia adalah sebuah bukit yang menyimpan warisan sejarah dan budaya, bahkan mungkin misteri prasasti yang belum terpecahkan.
Ketika seseorang berswafoto di antara batang-batang pohon Cengkeh di kaki Bukit Gado-Gado, lengkap dengan rangkaian ranting-rantingnya yang kering kerontang, visualisasinya bukan semata hasil karya fotografi landscape. Melainkan sebuah gambaran tentang kehidupan manusia dan makna interaksinya dengan alam.
Biasa populer dengan nama Bukit Siti Nurbaya, atau Gunung Padang, atau di zaman penjajahan VOC disebut Bukit Monyet, kawasan ini memang sedang digiatkan oleh Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kota Padang untuk menjadi destinasi wisata yang potensial.
Di pagi hari, terutama akhir pekan, wilayah sepanjang jalur pendakian Bukit Gado-Gado kerap ramai dikunjungi masyarakat. Jalur yang telah diperbaiki dengan hotmix dapat digunakan untuk bersepeda atau berjalan kaki.
Juga ada bentangan anak tangga sepanjang sekitar 1 km yang mengundang siapa pun untuk menjajal energi hingga mencapai puncaknya. Di puncak Bukit Gado-Gado, orang dapat menikmati panorama Kota Padang, serta kemilau cahaya dari pasir Pantai Padang.
Jika terus berjalan menyusuri ketinggian bukit, tampak pula hamparan laut Samudera Hindia hingga ke Teluk Bayur. Pikiran dan hati yang tengah dimanjakan dengan pemandangan garis Pantai Aia Manih atau Air Manis, masih ditambah lagi dengan kisah legenda Malin Kundang, yang wujud batunya berada di pantai tersebut.
Sementara di sore hari, orang bisa asyik bercengkrama sambil menikmati matahari terbenam, ditambah eksotisme kerlip lampu dari rangka Jembatan Siti Nurbaya di atas Sungai Batang Arau yang kian renta ditelan waktu namun tetap terlihat kokoh.
Bukit Gado-Gado juga menyimpan cerita tragedi cinta antara Siti Nurbaya, Syamsul Bahri, dan Datuak Maringgih. Sebuah tragedi berlatar adat tradisi Minang yang berujung kematian. Tragedi ini melegenda melalui novel karya Marah Rusli yang kini menjadi warisan budaya.
Makam Siti Nurbaya yang berada di Taman di puncak bukit tersebut seolah menjadi simbol yang merepresentasikan eksistensi manusia di dalam keragaman suku bangsa. Tragedi Siti Nurbaya bisa jadi adalah sebuah kebenaran dan kenyataan dalam perjalanan hidup anak manusia.