Lihat ke Halaman Asli

Wedges Masih Ngetrend di Tahun 2015, tapi dengan Style Berbeda

Diperbarui: 17 Juni 2015   06:08

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dalam perkembangannya sejak ditemukan oleh Salvatore Ferragamo di tahun 1930-an Wedges sudah beberapa kali mengalami pasang surut, tetapi meskipun berada dalam titik terendah Wedges masih tetap memiliki penggemar karena bisa diterima pengguna dari semua strata sosial. Disamping itu, Wedges bisa lebih aman dan lebih nyaman digunakan jika dibandingkan dengan high heel model lain.

Hal ini biasa dilakukan oleh para desainer dengan menguras seluruh kreativitas mereka agar mendapatkan desain yang sama sekali baru, atau menambahkan elemen baru pada model sepatu yang diprediksi masih disukai konsumen.

Tetap mempertahankan keunggulan Wedges, yakni kenyamanan dan keamanan pengguna merupakan prinsip dasar yang diterapkan oleh para desainer agar dalam tahun 2015 para pengguna Wedges tidak berpindah ke model lain. Tentu saja dengan memodifikasi platformnya yang konvensional agar tampil berbeda. Seperti membuat sole dan platform di bagian ujung jari lebih rendah sehingga terkesan lebih elegan. Atau memodifikasi solenya dengan sole karet ala militer dan merancang solenya dengan sedikit lengkungan sehingga kesan tebal Wedges bisa dikurangi seperti yang dilakukan Derek Lam.

Nina Ricci dan Dolce & Gabbana juga masih tetap mempertahankan aspek kenyamanan Wedges, meskipun merancangnya secara tersamar dengan sole cenderung sempit yang khas model Prism. Tetapi nampaknya para desainer setuju untuk mengkamuflase bidang platform Wedges yang lebar itu agar tidak nampak kosong sehingga mengesankan berpenampilan sebagai “ganjal kaki”. Mereka menyiasatinya dengan memberi ornamen unik dan bernuansa etnis, siapa pun yang melihatnya akan menjadi tertarik dan bisa mengalihkan kesan konvensional Wedges.

Para desainer lokal sebenarnya bisa  memanfaatkan bidang kosong pada platform Wedges dengan kekayaan ornamen yang berasal dari beragam etnis di  Indonesia, mulai pernik-pernik yang dimiliki Suku Dayak Kenyah hingga Batik Gedog. Jika sentuhan etnis khas Indonesia itu kurang menarik bagi pasar lokal, sangat mungkin bagi pasar internasional diapresiasi sebagai desain yang eksotis dan memiliki nilai seni.

Agatha Ruiz de la Prada berupaya mengalihkan kesan tebal pada platform Wedges melalui strategi merubah bahan yang digunakan. Jika secara konvensional platform Wedges dibalut dengan suede atau bahan lain yang terkesan lembut, Wang menampilkan platform Wedges dengan warna-warna “norak” yang dibalut material plastik mengkilap disesuaikan bagian upper dengan sentuhan Mary Jane yang juga berbahan plastik transparan seperti yang diperagakan pada Autumn-Winter 2014-2015 Season Collection.

Alexander Wang menyiasati platform Wedges dengan cara “membuang” midsole dari plaform, sehingga Wedges terkesan ramping bahkan mungkin tidak bisa lagi disebut sebagai Wedges meskipun solenya tetap dipertahankan tersambung dari ujung jari kaki hingga tumit. Style ini tidak banyak berbeda dengan Cone high heels dalam pemakaiannya, kenyamanan Wedges juga berkurang dengan lebih tertumpunya berat badan pada bagian ujung jari. Style yang mirip juga pernah dirancang oleh Ferragamo pada tahun 1939.

Desain Wedges yang ditampilkan dengan berbagai variasi cukup ekstrim untuk trend 2015 ini mengesankan bahwa model ini sedang bertahan di titik darah penghabisan agar bisa  memiliki pasar seperti tahun-tahun sebelumnya. Pasalnya, ekspansi model Prism yang penampilannya tak banyak berbeda dengan Wedges sudah merebut sebagian pasar Wedges. Apalagi Prism memiliki penampilan lebih elegan dibandingkan Wedges, sehingga konsumen tidak mempedulikan dan kurang menyadari perbedaan antara Prism dengan Wedges, meskipun pada prinsipnya sole di bagian heel atau tumit memiliki selisih yang cukup tajam dalam aspek keamanan.

Dunia fashion memang selalu menuntut kebaruan secara terus menerus yang mensyaratkan inovasi dan kreativitas. Tidak pernah ada model sepatu yang mati atau tidak laku, melainkan hanya mengundurkan diri untuk sementara. Di suatu saat, model yang sama akan hadir dan menjadi trend baru lagi, begitu seterusnya tanpa pernah berhenti.

Sumber gambar : Tips-Sepatu-Wanita.com

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline