Lihat ke Halaman Asli

Cerita Tanpa Tulisan

Diperbarui: 17 Juni 2015   10:27

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Tiba-tiba merasa sedang menjadi artis papan atas. Berada di atas karpet merah diiring lantunan piano klasik dan gitar bernuansa Eropa. Seperti mimpi, apa memang sedang bermimpi? Entahlah yang jelas ada titik kebahagiaan yang tidak bisa tergambarkan.

Menyapa dunia dengan tulisan adalah keiinginan ku yang tak pernah terwujud. Entah apa yang menjadi hambatan itu semua. Mungkin aku yang tak pernah bisa mewujudkannya. Bisakan aku menulis dengan apa adanya tanpa harus ada sisi keterpaksaan. Aku ingin seperti mereka. Mereka-mereka yang pandai merangkai kata menjadi sebuah hal yang berguna. Tidak bermaksud menggurui hanya sekedar berbagi cerita dan imajenasi.

Aku bukan penulis yang handal. Amatir pun diragukan. Keinginan membuat sebuah tulisan pun sulitdirealisasikan. Belum lagi dengan banyaknya godaan disaat jari-jari ini mulai mengetik menyusun kata. Pikiran yang kacau, bahkan telepon genggam yang sering berdering, menjadi hambatan untuk melakukannya.

Banyak ide bermunculan. Namun, tangan ini seperi tertahan untuk mengabadikannya. Aku hanya bisa bercerita dalam benak sendiri dan mengamininya dalam hati. Tak jarang tertawa, senyum sendiri , atau tiba-tiba muram karena cerita yang ku buat dalam pikiran. Apa mungkin aku ini gila?? Oh tentunya tidak, hanya saja aku senang bermain-main dengan dunia buatan.

Sekarang aku akan mencoba menuliskan apa yang ada dalam benak. Urusan bagus atau tidaknya belakangan, yang penting aku harus bisa merangkai kata. Jika tidak untuk orang banyak untuk diri ku sendiri sedikitnya. Agar semua yang ada dalam diri, benak dan khayalku tertuang dalam sebuah rentetan cerita. Bisa ku jadiakan sebuah kenangan bukti bahwa aku ini pernah mengalami atau otaku mampu berimajenasi dengan baik.

Aku memulainya dengan kata “ Siapa? ....”
baru ku tuliskan satu kata sudah tak bisa lagi ku lanjutkan. Padahal ada sebuah peristiwa bermain-main dalam dunia kreasiku. Menunggu untuk ku jadikan sebuah cerita. Tapi kenapa aku tak bisa? Satu kata itu benar-benar membuatku mati gaya.

Aku memang bukan mahasiswa yang baik. Tak jarang aku membolos hanya karena malas atau lebih memilih menggeluti hobby ku yang cukup membuang waktu banyaknya. Banyak orang berkata hal itu sia-sia, tapi aku menyukai itu semua.

Otakku masih mampu untuk mengingat beberapa materi di dalam kelas. Pengkajian novel dan cerpen merupakan mata kuliah yang rasanya ingin aku hapuskan dari kurikulum ini. Tapi itu semua tidak mungkin karena aku berada pada jurusannya, yaitu sastra tepatnya sastra Indonesia. Tidak bisa dikatakan sastra jika tidak bergelut dengan buku-buku. Novel, cerpen, film,teater dan drama merupakan ciri khas dari jurusan kami.

Menurutku novel adalah sebuah tumpukan kertas yang disatukan menjadi satu bundelan, berisikan cerita-cerita yang sulit untuk diartikan. Pandangan orang-orang tak selalu sama akan satu hal, begitu pun dalam menganalisis cerita itu lebih dalam. Namun satu hal yang selalu aku ingat bahwa tulisan seseorang sedikitnya mengandung latar belakang kehidupan penulis itu sendiri. Entah sisipan-sisipan kecil atau secara gamblang tersirat.

Dan aku punya satu cerita, cerita penuh peristiwa. Cerita tanpa akhir karena aku sendiri tak tau bagaimana akhir dari cerita itu, karena semua dalam pencarian dan penantian. Dan Cerita itu tentang siapakah jodohku?




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline