Lihat ke Halaman Asli

Raport Merah Pendidikan Indonesia

Diperbarui: 23 Juni 2015   22:10

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

Menurut UU. Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 1989, Bab I Pasal 2, bahwa yang dimaksud dengan pendidikan “adalah usaha sadar untuk menyiapkan peserta didik melalui kegiatan bimbingan, pengajaran, dan/atau latihan bagi peranannya dimasa yang akan datang”. Fungsi pendidikan adalah untuk menyiapkan peserta didik untuk menjadi manusia yang lebih baik dalam segala hal, baik skill terutama akhlaknya, sehiangga ia dapat menyongsong masa depan yang lebih baik. Untuk kemajuan dirinya, negaranya dan tentu agamanya. Sementara tujuan pendidikan adalah seperangkat hasil pendidikan yang tercapai oleh peserta didik setelah diselenggarakannya kegiatan pendidikan.

Untuk mencapai tujuan pendidikan yang diinginkan, ada kriteria yang telah ditetapkan oleh pemerintah yang biasa kita sebut dengan “Delapan Standar Nasional Pendidikan”. Yaitu Standar Kompetensi Kelulusan, Standar isi, Standar Pendidik dan Tenaga Kependidikan, Standar Proses, Standar Sarana dan Prasarana, Standar Pembiayaan, Standar Pengelolaan, dan Standar Penilaian Pendidikan. Pada dasarnya untuk mencapai suatu tujuan pendidikan bukanlah semata-mata tugas pemerintah, tetapi menjadi tugas semua pihak yaitu orang tua, masyarakat dan tentunya guru yang merupakan ujung tombak keberhasilan suatu pendidikan yang gemilang.

Harus diakui bahwa kualitas Pendidikan di Indonesia masih jauh tertinggal dari negara-negara yang sama besarnya dengan Indonesia bahkan di Asia Tenggara, padahal Indonesia adalah negara terluas dan memiliki SDA yang begitu melimpah dibandingkan dengan negara-negara lain di dunia. Namun sayangnya kita seakan menjadi pembantu di rumah sendiri, dan membiarkan orang luar atau asing yang mengelola kekayaan negara kita. Itulah, faktor SDM yang masih rendah yang menyebabkan hal itu terjadi.

Faktor lain yang menyebabkan kualitas pendidikan di Indonesia masih rendah adalah faktor tenaga kependidikan atau guru. Padahal telah kita ketahui sebelumnya bahwa guru adalah ujung tombak penentu keberhasilan suatu pendidikan, baik itu formal maupun non formal. Dewasa ini, banyak sekali sekolah-sekolah swasta yang dibangun dengan merekrut guru yang notabenenya belum berpengalaman. Bahkan guru tersebut mengajar suatu Mata Pelajaran yang bukan keahliannya. Contohnya, ia kuliah jurusan matematika, tetapi malah mengajarkan Mata Pelajaran Kimia atau Bahasa Indonesia.

Seharusnya ada pengawasan yang lebih ketat lagi terhadap calon guru yang akan mengajar di suatu sekolah, misalnya dengan mengadakan test sesuai dengan bidang keahliannya, tentunya dalam hal Mata Pelajaran yang akan ia ajarkan. Masa depan suatu bangsa dapat terlihat dari kualitas guru di masa sekarang. Jadi bagaimana masa depan bangsa ini bisa maju, kalau kualitas gurunya masih diragukan.

Faktor sarana-prasarana yang menjadi penunjang keberhasilan suatu pendidikan pun harus lebih diperhatikan. Memang di kota-kota besar hampir tidak nampak suatu sekolah yang memiliki sarana prasarana di bawah standar, ya meskipun hal ini masih harus terus ditelusuri. Namun di daerah-daerah masih banyak sekolah-sekolah yang bisa dikatakan sudah tidak layak dijadikan tempat untuk menuntut ilmu. Bahkan ada suatu sekolah yang rubuh saat berlangsungnya PBM di Kelas, tepatnya di daerah Labuan, bahkan ada anak-anak yang harus belajar di bekas kandang sapi karena mereka tidak mempunyai kelas untuk belajar, sungguh miris.

Saat ini yang menjadi sorotan adalah mahalnya biaya pendidikan. Meskipun SD dan SMP sudah digatiskan oleh pemerintah. Tetapi lihatlah, biaya untuk menempuh pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi. Misalnya SMA dan SMK. Untuk masuknya saja, seorang siswa harus mengeluarkan uang berjuta-juta. Padahal sekolah tersebut Negeri dan masih didaerah, maksudnya bukan di perkotaan. Apalagi sekolah swasta dan bertaraf Internasioanal, sudah tidak dapat dibayangkan untuk orang-orang kecil yang menginginkan kualitas pendidikan baik dengan biaya terjangkau, mungkin hal itu hanya menjadi mimpi saja. Padahal tidak menjamin pula bahwa biaya pendidikan mahal di suatu sekolah, memiliki kualitas terbaik.

Tetapi inti dari semua permasalahan pendidikan adalah peserta didik itu sendiri. Sering kita lihat bagaimana seorang pelajar tetapi sikapnya tidak menunjukan bahwa ia seorang yang berpendidikan. Contohnya, aksi negatif yang akhir-akhir ini sering dilakukan oleh para pelajar adalah tawuran. Aksi tawuran yang sudah membudaya di kalangan pelajar sudah seperti bola salju yang menggelinding, dan apabila hal itu dibiarkan terus terjadi maka bola itu akan semakin besar, dan akan sulit pula menghentikannya. Selain guru peran orang tua lah yang lebih bertanggung jawab kepada anak kita. Selalu mengawasi gerak-gerik mereka. Karena apapun yang terjadi dengan anak kita, mungkin karena kurang pengawasan dari orang tua bahkan kurang perhatian, maka dari itu mereka melakukan hal-hal negatif, bahkan sudah menjurus ke tindak kriminal.

Banyak hal yang harus dituliskan, yang harus diungkapkan tentang pendidikan dan untuk memajukan pendidikan. Tentu saja, memajukan pendidikan di Indonesia adalah tugas kita bersama. Karena masa depan bangsa ini, ada di tangan kita, ditangan generasi-generasi muda yang cerdas. Oleh karena itu mari tingkatkan mutu pendidikan dari segala aspek, terutama guru atau pendidik.

MARI KITA MAJUKAN PENDIDIKAN INDONESIA!!!

Terimakasih, bila ada kekurangan mohon ditambahkan, bila ada yang salah mohon diluruskan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline