Awalnya kukira hujan datang sebagai jawaban, namun aku tak punya dalil untuk membenarkan perasaan.
Dalam menafsirkan sesuatu, aku sudah sering keliru, Hingga dibuat risih sampai merasa pilu.
Kenapa engkau datang, hujan?
Kenapa engkau datang dengan sesuatu yang bisa membuatku tersenyum setiap detik?
Tapi, ternyata engkau tidak berniat untuk menetap. Hanya menghampiri lalu pergi. Benarkan ini?
Entahlah, aku memang terlalu lemah dalam menjaga. Pertahanan jiwaku belum terlalu kokoh. Masih sering roboh.
Tapi tenang, kau mungkin melihatku patah dan terlempar, namun tak akan pernah melihatku hancur terkapar.
Mulai sekarang aku harus lebih berhati-hati saat ilusi datang menghampiri.
Kuakui, engkau memang hebat sekali. Masuk tanpa permisi, datang hanya untuk menepi, dan payahnya saat itu aku belum teliti.
Mudah dilabui oleh tabir ilusi. Sayang sekali. Sungguh sayang sekali.
Kemana jiwa yang dulu kuat sekuat baja?