"Namanya Leinkara dan ini Niskala."
Seperti itulah caraku mengenalkan dua kucing kecil yang sudah aku asuh 6 bulan terakhir ini. Dua kucing yang lahir dari ras berbeda, dan biasanya orang-orang lebih penasaran pada Leinkara. Keduanya tetap kucing kampung yang biaya perawatannya nggak terlalu mahal.
Menu makanan mereka setiap harinya persis seperti menu makanku, jadi tidak ada biaya tambahan dalam jenis apapun. Dan syukurnya, mereka sudah mengerti cara buang hajat yang tepat tanpa harus diajarin.
"Menurutmu mana yang lebih manis dari dua kucing ini?" Aku menoleh ke Leinkara dan Niskala, berbarengan dengan mereka yang melirik ke arah sumber makanan yang baru tiba.
Ada seorang ibu baik yang setiap harinya menyisihkan sedikit makanan untuk mereka berdua. Sebagai pengasuh dua kucing ini, tentunya aku sangat tidak keberatan, apalagi makanan kucing yang diberikan memang enak.
Hanya saja, ibu ini nggak pernah tau kalo dua kucing ini berada di bawah pengasuhan ku. Ia memperlakukan Leinkara dan Niskala seperti kucing liar yang mendapat belas kasihan orang lewat, padahal mereka punya pengasuh.
Tentu saja, aku tidak peduli soal itu. Poin pentingnya tetap sama, yang penting Leinkara dan Nisakala kenyang. Mereka tidak diracun dan masih hidup, setidaknya sampai hari ini.
"Aku ngga pernah beda-bedain mereka." Caca tau itu jawaban yang jujur. Aku memang ngga pernah beda-bedain mereka. Keduanya sama di mataku. Bukan sama-sama manis, tapi sama-sama biasa aja. Ya selayaknya kucing aja.
"Kayaknya banyak yang penasaran soal Leinkara daripada Niskala." Caca berkomentar tanpa memalingkan wajah dari posisi Leinkara dan Nisakala. Pandangannya tertuju pada satu titik, seolah memintaku untuk melihat ke arah yang sama, juga.
Akhirnya kami mengamati dua kucing kecil yang sibuk dengan makanannya. Keduanya makan dengan lahap.