Lihat ke Halaman Asli

Healing Seru dengan Berkebun di Desa Sejajar Awan

Diperbarui: 29 Desember 2022   15:57

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dok. pribadi

"Bertani adalah pilihan. Butuh kerja keras untuk menjadi petani yang sukses."

Mahasiswa  Uin Malang yang sedang melakukan KKM ( KUliah Kerja Mahasiswa )   di Dusun Ngadas , Kecamatan Pocokusumo, Kabupaten Malang melaksanakan berbagai program kerja. Salah satunya mengunjungi kebun  warga yang ada disekitar dusun Ngadas.pagi hari yang cerah kita diajak oleh salah satu warga yang tinggal didusun Ngadas yang dikenal dengan Kidemang, kami sangat bersemangat.

gambar: perjalanan menuju ladang kentang (Dok. pribadi)

"Ini merupakan pengalaman berharga bagi kami, bisa melihat langsung tumbuhan  dari dekat," kata Ketua Tim KKM 425, vensky, Senin 28 agustus  2022.

Menurutnya, sayur disini  milik salah satu warga desa setempat punya nilai ekonomi yang tinggi, jika mampu diolah dan di-branding dengan baik. Karena itu, pihaknya mengambil peran untuk sharing soal marketing dengan berbagai tanaman bisa dijual dipasar dengan menggunakan pupuk ilmiah yang terbuat dari kotoran hewan.

Tanaman yang tumbuh di kebun milik warga itu berbagai sayuran yang ada pada kebun tersebut berupa gubis, Daun Bawang,kentang, terong Belanda, cabe dan masih banyak lagi. Pada kegiatan kali ini Kuliah Kerja Mahasiswa  Kelompok 1149  bersama-bersama membantu warga untuk mencakul tanah di kebun kentang di kebun.

gambar: memacul tanah dikebun kentang (Dok. pribadi)

gambar : memacul tanah kebun agar rapi dan kentang tumbuh dengan baik (Dok. pribadi)

"Kami memetik tanaman cabai sekaligus bertanya mengenai tanaman di kebun yang tumbuh dengan subur. Pupuk yang dipakai untuk menyuburkan tanaman tersebut adalah pupuk kompos kotoran hewan" kata warga ngadas yakni kidemang.

setelah melakukan berkerbun bersama kami melanjutkan perjalanan melihat memandangan dusun Ngadas yang dikebun milik warga saling menyapa satu sama lain dengan semangat dan ditutup dengan pengalaman yang berharga bahwa yang kita makan yakni sayuran itu memiliki proses yang sangat panjang.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H



BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline