Sebuah perjalanan manusia diwarnai oleh berbagai karakter dan perilaku yang berbeda. Begitupula dalam jiwa kepemimpinan seseorang. Tipe kepemimpinan akan berbeda satu dengan yang lainnya.
Hal ini yang menjadi ciri khas seseorang ketika menjedi seorang pemimpin dalam sebuah organisasi atau lembaga. Pergantian tampuk kepemimpinan dari satu orang pemimpin ke pemimpin yang lain mewarnai perbedaan arah kebijakan organisasi. Arah yang dituju dan dilakukan menjadi beragam berdasarkan karakter yang tertanam tersebut.
Tahun 2008, Berangkat Minggu sore, karena senin pagi harus sudah ada di tempat kerja, bergelantungan di bus antar kota yang kurang layak ditempati jalur Sukabumi-Sagaranten masih angkutan dalam provinsi, menjadi keseharian yang rutin dilakukan oleh Maman Badruzzaman, seorang kepala madrasah yang baru saja dipindahtugaskan ke MAN Jampangtengah (sekarang MAN 4 Sukabumi).
Kondisi ini dilakukannya selama mejalankan tugas tanpa mengeluh atau berbicara ‘cape’ pada orang lain, walau saat itu sudah dalam kondisi kurang sehat, sampai beliau menghembuskan nafas terakhir masih dalam masa mengemban tugasnya.
Ide-ide ‘gila’ banyak dituangkan dalam proses mengembangkan madrasah, banyak hal yang tidak diperkirakan muncul mengalir begitu saja. Tantangan dan hambatan yang ditemukan bisa diselesaikan dengan lancer melalui musyawarah dan kerjasama tim.
Ini tertuang dalam beberapa nilai yang ditanamkannya yang telah banyak mengubah wajah MAN Jampangtengah kepada pegawai dilingkungan kerja, masyarakat sekitar, dan instansi vertikal pemerintah.
Konsep-konsep perubahan yang dibawanya adalah konsep penanaman nilai kejujuran, nilai kesederhanaan, selalu terbuka terhadap perubahan (inovatif), dan membuka jejaring dengan masyarakat sekitar lingkungan kerja. Konsep ini menjadi membudaya dan awal tonggak perubahan dalam tampilan MAN Jampangtengah.
Kejujuran
Berada dalam lingkungan baru, beliau belum tahu banyak apa yang harus dilakukan untuk mengubah perilaku bawahan dan lingkungan kerjanya. Hasil diskusi-diskusi kecil, observasi, dan pengamatan beberapa minggu, kemudian ia tahu apa yang harus dilakukan untuk mengubah kesan madrasah dari ‘sekolah agama’ dalam pandangan masyarakat menjadi sekolah yang memiliki keunggulan lebih dimata masyarakat berdasarkan pengembangan nilai keagamaan, kejujuran, dan ilmu pengetahuan.
Konsep pertama yang harus ditanamkan adalah kejujuran. Karena beliau meyakini dengan kejujuran semua aspek akan berjalan dengan lurus, benar, dan menghasilkan produk-produk yang baik.
Jujur dalam bekerja akan menghasilkan jiwa-jiwa kuat, jiwa-jiwa terbuka, jiwa-jiwa yang tidak akan tergoda oleh hal-hal yang mendekati dosa. Jujur adalah terbuka, terbuka bukan buka-bukaan. Karena istilah terbuka dalam sebuah organisasi harus menjadi etik dan menjadi sebuah pembudayaan untuk mewujudkan madarasah yang berkualitas. Itulah pandangan beliau tentang kejujuran.