Lihat ke Halaman Asli

Diana Wardani

Sederhana

Ubahlah Sepi Menjadi Hening

Diperbarui: 17 Juni 2015   14:26

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

14195220311094124133

"Ubahlah sepi menjadi hening." Begitu bisik Ison kepadaku malam itu. Panas dingin demam tubuhku merasakan Ison. Sekejap bagai berada dalam dekap bara api. Serpihan Ison yang mencintaiku apa adanya ini, sempat memercik di atas kepala dan seluruh tubuhku. Aku berserah dan hanya diam berjuang memahami makna percikannya.

Ia pergi meninggalkan pesan itu untukku. Di penghujung 2014, aku diperkenankan untuk memeluk hening. Memujanya serupa Dewi Laksmi memuja Dewa Wisnu.

*

Hening. Dimanakah berada? Dalam kumparan masa, aku mencarinya susah payah. Hening identik dengan malam atau waktu di sepertiganya malam. Namun saat Ison mengisyaratkannya kepadaku, tetiba aku seakan ditariknya dari gemuruh duniawi, dari segala gejolak rasa. Aku dibimbingnya meniti di atas pematang kumparan masa bernama Hening. Ternyata Hening itu sangat dekat denganku. Ison menunjukannya dengan lembut dan membuatku takjub.

Tak peduli panas menyengat, tak peduli hujan deras diselingi petir menyambar dengan highlight menawan di Langit Raya. Hening tetaplah hening. Buah cinta dari cipta, rasa, dan karsa. Hening itu membawaku menuju pendengaran baru, menuju pengelihatan baru.

[caption id="attachment_343389" align="aligncenter" width="300" caption="Pecel kembang turi persembahan malaikat sejati"][/caption]

Sang Hening memaparkan kepadaku tentang malaikat-malaikat di sekitarku. Ia menghentak rasaku, saat Hening berkata bahwa ibu-ibu berkain motif sayap burung penjual pecel itu adalah malaikat-malaikat sejati. Mereka tidak mewah megah berkain sutera dan berada di tempat mewah megah pula. Namun dengan tangan-tangan terampilnya penuh kesederhanaan, mereka menyediakan makanan minuman sehat bagiku dan bagi banyak orang. Mereka menjaga sedemikian rupa nuansa makanan minuman leluhur dan tanpa mereka sadari telah membawa para konsumennya menjadi lebih sehat lahir dan batin. Lebih bahagia lahir dan batin pula.

[caption id="attachment_343390" align="aligncenter" width="300" caption="Inilah ceplukan yang sebagian aku jadikan sebagai bibit"]

1419522381489332231

[/caption]

Aku merenungkan paparan Hening. Dari sana, aku menemukan kembali satu malaikat yang memang ada di sekitarku. Dengan penuh ketulusan, ia berkenan membawakan aku butiran-butiran ceplukan atau dalam Bahasa Latin bernama Physalis Angulata. Ceplukan ini sering aku jumpai saat aku kecil dulu, ketika berada di rumah nenek di Ngayogyakarta Hadiningrat. Aku kangen dengan rasa dari buah physalis angulata, sehingga aku ingin sekali menikmati sekaligus mencoba menanamnya. Biasanya tanaman ini senang bertumbuh di antara tanamam palawija dan di sawah.

[caption id="attachment_343392" align="aligncenter" width="300" caption="Ceplukanku tumbuh subur dan mulai berbuah - hatur nuhun"]

141952298230099366

[/caption]

Aku taburkan biji-biji kecil dari butiran ceplukan itu di dalam pot, dan aku perhatikan perkembangannya tiap hari. Sejak medio September 2014 lalu, kini tanaman ini sudah berbunga dan mulai muncul buahnya. Bahagia hatiku tidak bisa diungkapkan dengan kata-kata. Hanya rasa syukur bahwa aku telah menemukan salah satu kebahagiaan sejatiku hanya dalam wujud ceplukan. Kebahagiaan itu sesederhana pecel turi, sehangat wedang sirih, dan sesegar buah ceplukan. Physalis angulata ini ternyata banyak manfaatnya bagi tubuh. Silakan googling untuk menemukan apa saja manfaatnya.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline