Film "Budi Pekerti" karya Wregas Bhanuteja hadir sebagai salah satu film Indonesia yang mampu mencerminkan isu sosial terkini, terutama terkait dampak media sosial terhadap kehidupan keluarga dan masyarakat. Dengan jajaran pemeran seperti Sha Ine Febriyanti, Dwi Sasono, Prilly Latuconsina, dan Angga Yunanda, film ini menghadirkan drama yang menyentuh dan relevan dengan dinamika kehidupan modern. Film ini bukan hanya sebuah karya seni, tetapi juga pengingat akan pentingnya menjaga moralitas dan empati di tengah derasnya arus digital.
Cerita dalam "Budi Pekerti" berpusat pada kehidupan Bu Prani, seorang guru Bimbingan Konseling (BK) di sebuah SMP di Yogyakarta. Bu Prani, yang diperankan oleh Sha Ine Febriyanti, dikenal sebagai sosok yang menjunjung tinggi nilai-nilai moral. Karakternya merupakan simbol guru ideal yang dihormati oleh murid dan rekan sejawat. Namun, kehidupannya berubah drastis ketika sebuah video yang memperlihatkan dirinya berselisih di pasar menjadi viral di media sosial. Potongan video tersebut memicu gelombang opini negatif dari masyarakat, bahkan tanpa memahami konteks sebenarnya dari insiden tersebut.
Keluarga Bu Prani juga ikut terdampak. Pak Didit, suami Bu Prani yang diperankan oleh Dwi Sasono, sedang menghadapi depresi akibat kegagalan bisnis selama pandemi. Situasi ini semakin membebani dirinya ketika nama istrinya menjadi sorotan publik. Anak pertama mereka, Tita (Prilly Latuconsina), adalah seorang pebisnis thrift shop dan anggota band independen. Ia mencoba memberikan dukungan moral kepada keluarga sembari menghadapi tekanan dari lingkungan sosialnya. Sementara itu, Muklas (Angga Yunanda), anak bungsu mereka yang juga seorang influencer dengan nama "Muklas Animalia," harus menghadapi penurunan reputasi akibat skandal yang menyeret nama ibunya.
Film ini menyajikan kritik tajam terhadap fenomena cancel culture dan cyberbullying, yang menjadi isu besar di era digital. Melalui karakter-karakternya, "Budi Pekerti" memperlihatkan bagaimana media sosial dapat menjadi senjata yang merusak kehidupan seseorang. Dalam satu adegan, Bu Prani dengan penuh emosi mengungkapkan bahwa apa yang terlihat di layar tidak selalu mencerminkan kebenaran. Pernyataan ini menjadi inti dari pesan film, yang mengajak penonton untuk tidak terburu-buru menghakimi seseorang hanya berdasarkan informasi yang terlihat di media sosial. Selain tema besar tersebut, "Budi Pekerti" juga menyentuh hubungan keluarga, khususnya bagaimana tekanan eksternal dapat memengaruhi dinamika internal. Banyak konflik yang digambarkan dalam film ini berasal dari ketidakmampuan anggota keluarga untuk saling terbuka dan memahami. Namun, di tengah kesulitan, film ini menunjukkan pentingnya kekuatan keluarga dalam menghadapi tantangan, sekaligus menjadi pelajaran bagi penonton akan arti solidaritas.
Penampilan para aktor dalam film ini patut diacungi jempol. Sha Ine Febriyanti berhasil memerankan sosok Bu Prani dengan sangat mendalam. Karakternya yang penuh budi pekerti, tetapi harus menghadapi cobaan berat, membuat penonton terhubung secara emosional. Dwi Sasono juga memberikan performa yang menyentuh sebagai suami yang berusaha tegar meskipun ia sendiri rapuh. Sementara itu, Prilly Latuconsina dan Angga Yunanda memberikan perspektif segar tentang bagaimana generasi muda menghadapi tekanan media sosial dan tanggung jawab keluarga.
Dari segi sinematografi, Wregas Bhanuteja menghadirkan visual yang kuat dan mendukung emosi dalam setiap adegan. Penggambaran suasana rumah tangga Bu Prani terasa sangat autentik, dengan detail-detail kecil yang membuat penonton merasa seperti masuk ke dalam kehidupan nyata mereka. Penggunaan elemen visual untuk menggambarkan interaksi di dunia maya juga dilakukan dengan cerdas, menjadikan film ini relevan dan mudah dipahami oleh berbagai kalangan. Durasi film yang mencapai 110 menit diisi dengan narasi yang padat, tetapi tetap mudah diikuti. Wregas dengan piawai memadukan adegan-adegan emosional dengan momen-momen reflektif yang mengajak penonton untuk berpikir. Salah satu kekuatan film ini adalah kemampuannya menghadirkan kritik sosial tanpa terasa menggurui, melainkan melalui cerita yang menyentuh dan relatable.
"Budi Pekerti" adalah film yang bukan hanya memberikan hiburan, tetapi juga mengedukasi penonton tentang pentingnya menjaga moralitas, empati, dan hubungan keluarga di tengah dunia digital yang sering kali penuh tekanan. Film ini juga menjadi cerminan betapa mudahnya opini publik terbentuk tanpa konteks yang jelas, serta bagaimana dampaknya bisa begitu besar bagi kehidupan seseorang.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H