Hallo, Namaku Winda Silvianingrum, biasa di panggil nda, win, atau da. Aku lahir di kota Bandung pada tanggal 15 Mei 2003. Aku anak kedua dari tiga bersaudara yang pertama kakakku bernama Windy indryawati sudirman dan adikku bernama Wildan aziiz rachman. Ayahku seorang pegawai swasta dan ibuku sebagai ibu rumah tangga yang biasa membuka warung kecil-kecilan dirumah untuk menghilangkan rasa kepenatan.
Sejak aku menginjak bangku SMA aku baru merasakan bagaimana tinggal dengan orang tua, karena dari sejak aku lahir pun aku sudah dititipkan untuk tinggal bersama nenek dan kakekku mereka sudah seperti orang tua ku sendiri rasa sayangku kepada mereka jauh lebih berarti dibandingkan keorang tuaku sendiri, karena ibu dan ayah yang terlalu sibuk dengan pekerjaan nya masing-masing, membuatku merasa seperti orang asing.
Sejak aku berusia 8 tahun ayahku meninggalkan ibuku, ibu yang terlalu sibuk sendiri tidak memikirkan suami atau anaknya. Dan beberapa tahun kemudian ibuku menikah lagi dengan seorang yang bagiku tidak baik untuk dirinya. Dan benar terbukti sejak ibuku menikah dengan dia kehidupan tampak lebih rumit dan lebih banyak sesuatu hal yang tidak diinginkan terjadi.
Ketika ibuku sudah menikah lagi ibuku jadi sering mendatangi rumah dimana anak anaknya tinggal dan ibuku slalu mengasihi uang jajan dan selalu cerita bagaimana perasaan nya ketika menikah dengan lelaki saat ini dan ternyata dibelakang dia berani melalukan seperti layaknya ibuku seperti boneka, aku awalnya tidak percaya aku anggap semua hanya ucapan saja, tapi ternyata sejak aku masuk kelas X. Ibuku mengajak aku, kakakku, dan adikku untuk tinggal bersama, aku sebenarnya merasa tidak enak karena diam-diam meninggalkan kakek dan nenekku selagi ibuku sedang ada masalah dengan nya. Pada saat itu juga aku merasa tidak nyaman, penuh dengan rasa takut dan lain sebagainya.
Satu tahun kemudian kakakku gagal menikah dengan lelaki impian nya karena lelaki itu menyalahkan kakakku atas kepergian kakek nya yang sedang sakit parah dan menginginkan melihat cucunya menikah disaat kakek masih ada tetapi tuhan berkehendak lain, akhirnya mereka pisah dan kakakku larut dalam kesedihan hingga dia bertemu dengan orang baru dan belum lama kenal juga dia malah menikah?awalnya keluarga kami belum setuju. Kakakku memaksa dan terus memaksa agar cepat menikah dengan orang itu sampai akhirnya kami tidak bisa berbuat apa apalagi hingga akhirnya keluarga memutuskan mereka menikah. Dan setelah mereka menikah itu keluarga merasa kecewa karena kakakku seperti tidak menganggap keluarganya sendiri.
Semenjak menikah pun dia tidak pernah mau memberi kabar ataupun datang kerumah untuk menemui ibuku. Padahal dahulu saat ia sulit dan tidak bisa apa-apa hanya orang tua yang bisa bantu, tapi ia tidak memikirkan semua itu, ia sekarang hanya membahagiakan ibu mertuanya dibandingkan ibu sendiri. Ibuku merasa sedih karena anak yang ia sayang seketika berubah jadi seorang yang benar-benar tidak menganggap sama sekali?padahal dahulu ia adalah anak yang slalu ibu dan ayahku bangga-banggakan dibanding aku yang slalu ditinggal. Tapi sekarang semenjak kakakku seperti itu ibuku menganggap ku, malah aku kemana pun dicari lantas dulu mengapa aku seperti ditelantarkan?
Saat kepergian kakakku yang sekarang ntah bagaimana kabarnya ibuku mencoba berusaha tegar dan menutupi kesedihannya. Hari demi hari pun terus berlalu, hingga akhirnya aku jadi tahu sifat busuk ayahku saat ini. Untuk pertama kalinya aku melihat ibuku dimarahi ayahku depan aku dan salah satu temanku? aku merasa kaget. Benar-benar kaget. Karena baru pertama kali aku melihat ayahku memarahi ibuku hingga dipukul, dilempar kesana-kemari hingga menangis aku tak tega melihatnya. Aku teriak
" Ayyyyyaahhhhhhh!!! " dan aku berusaha ingin selamatkan ibuku dari perlakuan ayahku tapi aku tidak bisa karena jika aku mendekatinya takut aku kena pukul juga dan takut dibelakang dia menjailiku memakai ilmu hitamnya. Aku teriak pun ayahku malah melototi ku dan berkata kasar padaku , aku hanya bisa menangis menangis dan menangis , hingga temanku pun merasa tidak nyaman, ketakutan dan ingin cepat keluar. Setelah ayahku memarahi ibuku , aku lariiiiii pergi kerumah nenek dan kakekku disana aku bercerita hingga menangis karena tidak kuat menahan rasa sakit sesama wanita aku merasakan kalau aku ada diposisi ibuku.
Dia lelaki yang tidak punya hati, tidak punya otak sama sekali. Dan ternyata benar apa yang ibuku slalu ceritakan padaku tentang ayahku aku fikir dia hanya ucapan semata saja tapi nyatanya tidak , aku sudah lihat dengan mata kepala ku sendiri dan ternyata benar ayah tiriku lebih tega dan lebih kejam dibandingkan ayahku yang sudah pisah bersama ibuku .
Selama mereka sudah jadi pasangan suami istri aku belum pernah meminta uang sepeserpun pada ayahku ini , bekal dan keperluan apapun yang aku butuhkan slalu dari ibuku sendiri, ayahku tidak pernah mengasihi pun kami tidak pernah mengobrol maupun menyapa satu sama lain. Menanya pun paling hanya sebatas ingin tau. Karena ayah tiriku ini tidak suka berisik, tidak suka keramaian, tidak suka terang , dan slalu berkurung diri dirumah kosong untuk melakukan suatu ritual. Aku slalu berdoa agar ayahku cepat dibukakan hatinya dan tidak seperti itu lagi karena aku kasihan melihat ibuku yang slalu menderita karena nya tapi ia tetap tersenyum depan semua orang untuk menutupi semuanya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H