Lihat ke Halaman Asli

Sejarah Telur dan Kelinci Paskah

Diperbarui: 26 Juni 2015   06:23

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Beberapa hari yang lalu, seorang teman bertanya kepada saya mengenai makna telur dan kelinci Paskah yang selalu hadir pada perayaan Paskah setiap tahunnya. Sebagai seorang yang merayakan Paskah, saya sendiri sebenarnya tidak mengerti bagaimana tradisi itu bisa sampai hadir di setiap perayaan Paskah setiap tahunnya. Karena didorong rasa ingin tahu, jadi saya mulai surfing di dunia maya dan mencari informasi mengenai kedua aksesoris Paskah ini. Sebenarnya perayaan Paskah yang sekarang ini merupakan hasil adopsi gereja-gereja terhadap salah satu festival suku Saxon, Eropa Utara. Festival ini ditujukan untuk menghormati dewi musim semi, dewi Eastre. Itulah sebabnya gereja-gereja berbahasa Inggris masih menggunakan istilah Easter dalam menyebutkan Paskah. Paskah sendiri sebenarnya sudah ada sejak zaman Perjanjian Lama. Paskah dapat diartikan sebagai dilepaskan, yaitu bangsa Israel yang dilepaskan dari perbudakan di Mesir. Tetapi pada zaman Perjanjian Baru, Paskah merupakan perayaan kebangkitan Yesus Kristus. Pada awalnya, yaitu pada abad kedua para misionaris Kristen mendatangi suku Teutonic, Roma Utara untuk menyebarkan agama Kristen. Supaya ajaran Kristen dapat diterima oleh penduduk lokal, maka para misionaris menggunakan adat istiadat penduduk setempat yaitu salah satunya dengan mentransformasikan festival Easter ini supaya selaras dengan doktrin Kekristenan. Kebetulan waktu pelaksanaan festival ini bertepatan dengan Paskah (kebangkitan Kristus). Telur Paskah Orang Mesir dan Persia kuno memiliki tradisi menghias telur yang kemudian ditukarkan dengan temannya. Bangsa Mesir menguburkan telur di dalam kuburan mereka, sedangkan bangsa Yunani meletakkan telur di atas kuburan mereka. Sementara itu, bangsa Romawi memiliki pepatah yang mengatakan "semua kehidupan berasal dari telur". Di kebanyakan kebudayaan, telur dianggap sebagai lambang kelahiran dan kebangkitan. Inilah sebabnya pada saat gereja mulai merayakan kebangkitan Kristus pada abad kedua, telur menjadi simbol yang populer. Orang Kristen Mesopotamialah yang mempelopori membagikan telur kepada orang lain pada perayaan Paskah untuk mengingatkan kebangkitan Kristus.

Telur Paskah banyak dihias dengan menggunakan warna merah sebagai perlambang terhadap darah Kristus, sedangkan warna hijau merupakan perlambang terhadap tunas-tunas baru yang mulai tumbuh pada permulaan musim semi.

Kelinci Paskah Kelinci Paskah tidak pernah memiliki makna religius, tetapi tokoh ini cukup populer di kalangan anak-anak sama seperti Sinterklas. Tokoh ini digambarkan membawa hadiah, telur-telur, dan permen yang dibagikan untuk anak-anak. Kelinci Paskah berasal dari tradisi kesuburan masyarakat sebelum masa Kristiani. Kelinci dipercaya sebagai binatang paling subur karena memiliki banyak anak. Oleh karena itulah, kelinci digunakan sebagai simbol kehidupan baru yang melimpah di masa musim semi.

Walaupun sedikit agak telat, tapi saya mau mengucapkan Selamat Paskah buat semua yang merayakan.. :)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline