Pada masa sekarang ini, berwisata bukan lagi menjadi barang mewah, tetapi sudah menjadi kebutuhan. Dalam dunia pariwisata terdapat 3 unsur, yaitu unsur atraksi, amenitas, dan aksesibilitas. Atraksi adalah salah satu unsur yang tidak dapat ditinggalkan. Konsep atraksi wisata (tourist attraction) dituntut menghadirkan kreativitas agar semakin menarik dan memiliki nilai tambah tertentu.
Atraksi wisata saat ini tidak hanya menghadirkan sekedar atraksi natural seperti landskap alam, pantai, iklim, dan aspek geografis lainnya, tetapi harus memberikan nilai lebih pada kegiatan pariwisata itu sendiri. Untuk bisa menghadirkan suatu atraksi wisata yang bernilai, maka para pengelola harus bisa mengangkat tema atau konsep wisata yang menarik bagi semua kalangan, baik anak-anak, remaja maupun dewasa.
Selain menarik bagi semua kalangan, atraksi wisata juga harus memiliki cakupan dan jangkauan yang lebih luas baik skala nasional dan internasinal. Agar menarik bagi kalangan internasional, maka tema atraksi wisata yang diangkat juga mengandung nilai universal dan global yang menarik bagi dunia internasional.
Salah satu isu yang selalu menarik dan menjadi bahan kajian dunia internasional adalah sejarah perkembangan manusia. Sejarah perkembangan manusia ini tidak akan lepas dari upaya pemanfaatn sumber daya alam dalam mengembangkan wisata berbasis ilmu kebumian, yaitu melalui konsep geowisata.
Salah satu daerah yang sedang mengembangkan atraksi wisata adalah Kabupaten Brebes. Pemda setempat melalui Bapperlitbangda dan LPPM Universitas Peradaban Bumiayu telah melakukan kajian strategis, yaitu "Kajian Dampak Pengembangan Pariwisata terhadap Pendapatan Asli Daerah dan Sosial Ekonomi Masyarakat".
Salah satu temuan kajian tersebut adalah membagi Brebes dalam 3 Zona Wisata. Bumiayu termasuk wilayah zona 3 yang merupakan zona atraksi lanskap alam. Destinasi zona 3 tersebut adalah: Pemandian air panas Tirta Hudada, Waduk Penjalin, Candi Pangkuan, Telaga Renjeng, Kebun Teh Kaligua, Curug Cantel dan Curuq Putri.
Hal yang menarik, baru-baru ini dunia internasional digemparkan dengan ditermukannya fosil tulang manusia purba Homo erectus di Kali Bodas, Bumiayu, Kabupaten Brebes, Jawa Tengah oleh Karsono.
Fosil tulang manusia purba Bumiayu ini diperkirakan telah berusia 1,8 juta tahun. Fosil manusia purba yang berusia 1,8 juta tahun di Bumiayu tersebut berarti usianya lebih tua dibandingkan dengan fosil Homo erectus yang ditemukan dan disimpan di Museum Sangiran yang berusia 1,5 juta tahun.
Fosil yang ditemukan oleh Karsono berupa tiga bonggol tulang paha, pecahan rahang dengan akar gigi, dan pecahan tulang paha bagian tengah.
Menurut arkeolog senior, Prof Harry Widianto, bonggol tulang paha yang ditemukan sudah mengalami fosilisasi sangat lanjut. Strukturnya mengandung unsur yang sudah tergantikan dengan semua mineral (Kusuma, 2019).
Homo erectus atau sebelumnya disebut Pithecanthropus erectus merupakan penemuan penting dalam teori manusia. Salah satu teori tersebut adalah teori Out of Africa.