Lihat ke Halaman Asli

Memajukan Geowisata dengan Prinsip 4B 2K

Diperbarui: 26 Januari 2023   14:30

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilmu Alam dan Teknologi. Sumber ilustrasi: PEXELS/Anthony

Indonesia memiliki wisata yang sangat beragam, hampir semua daerah di Indonesia memiliki tempat wisata, terutama geowisatanya. Pembangunan wisata diperlukan pondasi yang kuat agar tercipta destinasi wisata yang mampu memanjakan wisatawannya. 

Pondasi tersebut adalah unsur 3A yaitu Attraction, Accessibility, dan Amenity. 

A yang pertama adalah attraction yaitu atraksi atau bahan utama yang akan dijadikan sebagai pariwisata. Atraksi harus mencangkup aspek “what to see” atau apa yang dilihat, jadi suatu wisata harus mampu memikat wisatawannya dengan bentuk fisik wisata tersebut, dan aspek “what to do” atau apa yang dilakukan, jadi suatu wisata harus mampu memikat dengan pengelolaan dan kegiatan di wisata tersebut. 

A yang kedua adalah accessibility yaitu aksesibilitas atau sarana dan prasarana. seperti jalan, transportasi dan lainnya untuk menuju tempat pariwisata tersebut, jadi suatu wisata harus memiliki akses yang memadai, mudah, dan aman. A yang ketiga adalah amenity yaitu kenyamanan atau fasilitas yang tersedia. 

Fasilitas harus nyaman dan dapat mendukung pariwisata, seperti kantin, tempat parkir, toilet umum, tempat ibadah, dan masih banyak lagi. Namun, banyak geowisata di Indonesia yang dibiarkan terbengkalai disebabkan oleh beberapa faktor, mulai dari factor alamnya hingga faktor manusianya. Seperti geowisata gua yang terdapat di Desa Darmakradenan Kecamatan Ajibarang Kabupaten Banyumas, sampai saat ini belum ada kabar kapan proyek geowisata ini akan terealisasi. Oleh karena itu, suatu geowisata harus menerapkan prinsip 4B 2K, yaitu Berbasis geologi, Berkelanjutan, Bersifat informasi geologi, Bermanfaat secara lokal, Kepuasan pengunjung, dan Kesadaran masyarakat dan pemerintah. Dengan menerapkan prinsip 4B 2K, diharapkan suatu sumber daya alam dapat dimanfaatkan secara baik dan mengurangnya jumlah geowisata yang gagal.

Kabupaten Banyumas memiliki pesona alam yang elok dan menakjubkan. Salah satu wisata yang ada di Banyumas adalah gunung karst. Di Desa Darmakradenan Kecamatan Ajibarang Banyumas, terdapat destinasi wisata Gua Damar dan Gua Lawang . Gua ini berjarak hanya 100 meter dari jalan raya Ajibarang-Gumelar. Di tempat ini wisatawan bisa menikmati keindahan panorama gua dan perbukitan yang mengelilinginya. Selain dikelilingi perbukitan dan pepohonan, gua itu di kelilingi bukit kapur yang juga terdapat puluhan gua, antara lain Gua Sumur, Gua Damar, Gua Lawa, Gua Kemit, Gua Mol, Gua Barat, Gua Kromong dan Gua Lawang. Dari sejumlah goa tersebut, yang memiliki ukuran paling besar adalah goa lawang atau yang biasa disebut gua gede. Sementara lokasi gua-gua tersebut berpencar.

Namun, rencana pembangunan objek wisata karst dan goa alami ini berhenti. Bahkan, sampai saat ini belum ada kabar kapan proyek pembangunan akan terealisasi. Padahal, alokasi dana untuk pembangunan wisata di Desa Darmakradenan cukup besar yakni Rp. 350 juta. Kasi Pemberdayaan Industri Pariwisata Dinas Pemuda, Olahraga, Kebudayaan dan Pariwisata (Dinporabudpar) Banyumas, Agus Suroto mengaku rencana pembangunan objek wisata alam sudah matang, bahkan anggarannya telah disediakan namun terdapat beberapa kendala yang mengakibatkan proyek pembangunan gagal terlaksana. Gagalnya pembangunan wisata alam Desa Darmakrandenan, adalah kurang dukungan dari warga masyarakat setempat. Saat itu, warga terkesan memanfaatkan pembangunan objek wisata dengan menaikan harga tanah untuk akses menuju wisata di atas kewajaran. Tidak adanya titik temu antara pemerintah daerah dan warga masyarakat, mengakibatkan rencana pembangunan objek wisata alam Desa Darmakradenan tak kunjung terealisasi, bahkan anggaran yang sudah turun akhirnya dikembalikan ke Pemerintah Provinsi Jawa Tengah.

Salah satu langkah yang dapat dilakukan adalah menerapkan prinsip 4B 2K pada geowisata. Prinsip 4B 2K yaitu, B pertama adalah Berbasis geologi, area objek geowisata merupakan bentukan hasil proses geologi. Geowisata di Desa Darmakradenan sudah memenuhi prinsip pertama, yaitu merupakan gua yang terbentuk karena larutnya material batu gamping yang meninggalkan jejak berupa rongga-rongga. 

B yang kedua adalah Berkelanjutan, kelestarian, keunikan, dan keindahan objek geowisata harus terjaga yaitu dengan pengelolaan berkelanjutan (bertujuan untuk generasi masa depan). Tidak merusak struktur yang telah ada tetapi lebih pada mengembangkannya. Banyak mineral- mineral berharga yang ditemukan pada objek geowisata sehingga memicu oknum yang serakah dan tidak bertanggung jawab untuk mengeksploitasi dan merusak lingkungan di sekitarnya. Selain berkelanjutan, juga menerapkan prinsip ekowisata dengan mempromosikan konservasi dan memperluas budaya serta sejarahnya. 

B yang ketiga adalah Bersifat informasi geologi, adanya informasi berkaitan dengan sejarah terbentuknya bentukkan geologi tersebut pada objek geowisata seperti papan informasi dan peta lokasi supaya memudahkan pengunjung mengetahui proses alam yang terjadi. Ini juga bisa menjadi edukasi bagi para pengunjung mulai dari pelajar hingga lansia. Diharapkan dengan adanya informasi tersebut pengunjung sadar dan peduli agar dapat menjaga keindahan lingkungan di sekitar objek geowisata. 

B yang keempat adalah Bermanfaat secara lokal, adanya objek geowisata ini diharapkan dapat memberikan kontribusi dan manfaat bagi masyarakat/komunitas lokal di sekitarnya baik dari segi ekonomi, sosial, dan lainnya sehingga dapat membantu proses pembangunan di daerah tersebut agar semakin meningkat. Objek geowisata juga dapat membantu sebagai media atau sarana untuk mempromosian suatu wilayah.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline