Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) merupakan indeks yang mengukur kinerja harga semua saham yang tercatat di Bursa Efek Indonesia (BEI). Fungsi dari IHSG sendiri adalah dapat digunakan untuk mengukur kinerja portofolio dan sebagai indikator pergerakan pasar modal. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) awalnya berfluktuasi normal dari waktu ke waktu. Namun, seiring berjalannya waktu terdapat kendala sehingga menyebabkan IHSG menurun dan tingkat investasi mengalami penurunan. Hal tersebut diakibatkan oleh adanya Covid-19 yang melanda di Indonesia. Selain membuat perekonomian di Indonesia melemah, di bidang keuangan, Covid-19 ini juga membuat IHSG mengalami penurunan harga.
Di Indonesia, IHSG dari tahun 2018 dan 2019 dimana di tahun tersebut masih belum ada Covid-19 berada di nilai rata-rata sebesar 6.194,50 dan meningkat di tahun 2019 sebesar 6.299,54. Namun, di tahun 2020 rata-rata IHSG menunjukkan penurunan karena adanya Covid-19 yang melanda di Indonesia. Covid-19 ini membuat ketidakpastian yang besar, salah satunya menyebabkan turunnya kepercayaan investor untuk berinvestasi. Pada tahun 2020 rata-rata IHSG sangat turun secara signifikan dan titik terendahnya ada di bulan Maret 2020.
Di saat ada Covid-19 di Indonesia mengalami penurunan yang signifikan menjadi 5.260,03. Hal ini disebabkan karena pada tahun tersebut adalah masa dimana semua kegiatan dan pekerjaan diberhentikan secara terpaksa untuk menghindari penularan wabah penyakit Covid-19. Namun, hal tersebut untungnya tidak berlangsung lama sehingga pada tahun 2021, IHSG mengalami peningkatan sebesar 6.186,02 dan terus meningkat hingga tahun 2022 sebesar 7.006,80.
Pemulihan tersebut dapat terjadi karena pelaku pasar modal memiliki motif dan time frame yang beragam dalam melakukan aktivitasnya di Bursa Efek Indonesia (BEI). Sebagian besar pelaku pasar modal mengambil peran sebagai investor, sedangkan sebagian pelaku pasar modal lainnya memilih untuk membeli saham dan menjualnya kembali dalam kurun waktu yang relatif lebih singkat daripada para investor.
Untuk menentukan strategi dalam perdagangan dan investasi serta dapat mengetahui risiko investasi saat mengambil keputusan investasi dapat menggunakan standar deviasi. Standar deviasi merupakan ukuran statistik yang digunakan di sektor keuangan untuk mengukur tingkat pengembalian investasi tahunan dengan mengukur risiko volatilitas. Semakin tinggi standar deviasinya, maka semakin tinggi juga volatilitasnya. Fungsi standar deviasi sendiri untuk mengukur risiko dalam portofolio dan sebagai alat analisis saham untuk melihat apakah datanya terdistribusi normal atau tidak. Jika data tersebut terdistribusi normal biasanya harga saham cenderung normal dan berfluktuasi secara baik. Namun, jika distribusi data tidak normal dan jauh dari standar deviasi, maka harga saham dapat diartikan langka atau jarang.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H