"Saya punya uang nganggur nih, saya mau investasikan ke ini, ini dan itu, menurut kamu gimana?" Ini adalah salah satu pertanyaan yang saya dapatkan dari kawan saya yang kini sedang kebingungan dimana ia dapat menaruh uangnya sehingga dapat bekerja untuk dirinya.
Saya melakukan analisis singkat terhadap investasi yang ditawarkan temannya padanya. Saya lalu memberikan berbagai pertanyaan mengenai instrumen investasi tersebut seperti kejelasan cashflow (arus kas) dari perusahaan tersebut, cara kerja, bentuk penghasilan/dividen yang diberikan, legalitas, dan lainnya. Yang ternyata setelah diperiksa peluang investasi itu ternyata memiliki kerancuan dalam operasi apa yang sebenarnya dijalankan perusahaan tersebut.
Dari sini saya menceritakan bahwa saat melihat sebuah investasi harus seperti saat kita membeli rumah (kebetulan kawan saya berada di industri properti). Kalau kita beli rumah dengan tawaran bulan depan harga naik, apakah kita akan langsung beli? Jawabannya tentu tidak.
Kita mau datang ke lokasi rumah tersebut, kita lihat akses menuju rumah tersebut mudah atau tidak, lalu apakah kawasannya nyaman? apakah bangunannya kokoh? ada bocor gak? apakah tetangganya ramah?berapa harganya dibanding rumah lainnya? dan banyak lagi.
Banyak orang yang masuk ke sebuah investasi hanya karena ditawari oleh temannya atau lihat di internet, melihat potensi return yang luar biasa, langsung loncat masuk. Kalau masuknya ke kolam uang masih mending paling mentok benjol. Tapi kalau masuknya ke sarang harimau, gimana? (moga-moga aja harimaunya lagi gak ada).
Sangat disarankan bila kita ingin berinvestasi untuk lebih dahulu mengecek keadaan finansial kita apakah memungkinkan untuk berinvestasi, setelah itu kita tetapkan apa goal/tujuan dari investasi kita. Banyak orang yang berinvestasi karena ingin kaya dalam waktu cepat. Itu bisa sayangnya jarang sekali terjadi.
Akan lebih realistis bila kita mengset goal kita berdasarkan kebutuhan masa depan kita, bila kita masih baru bekerja mungkin kita ingin menyicil rumah, atau menabung untuk pernikahan. Bila kita sudah berumur mungkin kita memikirkan saat-saat kita tidak bisa bekerja lagi alias pensiun. Berdasarkan hal tersebut maka kita mengset goal kita secara finansial, berapa yang akan kita butuhkan untuk memenuhi goal tersebut.
Berdasarkan data tersebut maka kita bisa mencari kendaraan investasi apa yang cocok untuk kita ambil, kita bisa mencocokkan kendaraan investasi tersebut dengan profil resiko kita. Apakah kita orang yang mencintai resiko, orang yang netral mengenai resiko atau orang yang menghindari resiko?
Bila anda berkonsultasi dengan perencana keuangan atau anda sendiri melek secara finansial, maka anda bisa melakukan itu sendiri. Bila tidak maka anda sebaiknya berkonsultasi pada mereka yang lebih ahli di bidang ini. Mereka akan membantu anda untuk mengset goal yang realistik, dan memberi alternatif apa yang bisa anda ambil sesuai dengan keadaan finansial dan profil anda.
Dalam menyusun sebuah goal ada baiknya kita mengikuti kriteria SMART (Specific, Measurable, Attainable, Relevant, Time-bound).