Mentari tampak malu untuk menampakkan sinarnya, titik-titik air mulai turun dengan lembut dari segerombol awan tebal menimbulkan sebuah aroma pretrikor, aroma sebuah kenangan, kenangan yang tidak akan terkikis oleh waktu.
"Bang, bakso tiga, yang satu pedes banget, yang satu pedes aja, yang satunya nggak usah dikasih apa-apa, yang pedes banget nggak usah kasih seledri, yang pedes aja nggak usah kasih bawang goreng sama kecap" tutur cozy dengan secepat kilat.
" Aduh Neng, pelan-pelan atuh, saya dengernya mblibet ini."
"Ah elahh, pokoknya gitu deh, Bang."
"Eh Neng, ngomong -- ngomong yang nggak pakai apa-apa, mangkok doang gitu, Neng?"
"Ya, nggak gitu juga kalik, Bang."
"Hehe iya Neng, abang paham. Tunggu ya."
"Tanu, mukamu merah banget kayak tomat, hahaha," ledek Cozy.
"Makanya jangan sok-sokan makan pedes," tambah Sina.
"Duh iya nih, abangnya ngasih cabe sekarung apa ya."
" hahahahahahahaha," tawa Sina dan Cozy yang susah untuk dihentikan