Lihat ke Halaman Asli

Obrolan Si Emak Dalam Ruang Meeting Indosat

Diperbarui: 26 Juni 2015   00:53

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Halo lagiii... Setelah cerita emak-emak presentasi ke Indosat kemarin, pada penasaran nggak, apaan sih yang diomongin emak-emak ini sama orang Indosat? Hihihihi, sini, saya kasih bocoran. Tapi saya ceritain di sini yang bagus-bagusnya aja, ya! Wkwkwkwk... Jadi waktu hari Kamis kemarin itu akhirnya Kampung Fiksi bisa ketemuan sama Indosat atas bantuan Srondol(baca ceritanya di sini). Awalnya saya dan teman-teman bingung setengah mati bagaimana cara yang benar untuk presentasi mencari sponsor. Kita sama sekali tidak tahu harus bicara apa dan bagaimana cara menyampaikan kalau kita butuh dana untuk acara workshop menulis yang mau kita adakan ini. Maksudnya, bagaimana ya enaknya ngomongnya biar kesannya bukan minta-minta melainkan ngajak kerja sama, gitu? Ngajak kerja sama? Ahahaha, belum-belum kami sudah ngakak-ngakak di dalam ruang diskusi maya kami. Kampung Fiksi mau ngajak Indosat kerja sama? Kerja sama yang kayak gimana? Apa yang bisa ditawarin Kampung Fiksi ke mereka? Hellooo? Apa jangan-jangan kaki kita lagi nggak berpijak di tanah? [caption id="attachment_141965" align="aligncenter" width="300" caption="Buku Senarai Kisah dari Kampung Fiksi yang ikut meeting presentasi dengan Indosat"][/caption] Setelah tukar pikiran dengan teman-teman Kampung Fiksi, akhirnya kami memutuskan untuk terus maju. Selain Srondol sudah mengatur waktu pertemuan dengan Indosat, saya dan beberapa teman merasa ada baiknya dicoba, untuk pengalaman. Toh, sejak awal kegiatan workshop ini sudah dirancang akan diadakan, dengan atau tanpa sponsor. Beberapa teman ada yang merasa ragu, namun akhirnya ikut membulatkan tekad; OK, maju sajalah! Apa yang akan hilang seandainya kita maju? Rasanya tidak ada. Nothing to lose... Kami mulai merancang slide untuk menjadi panduan kami berbicara dengan pihak Indosat. Oalah, ini satu rahasia lagi yang harus saya ungkap. Pengalaman membuat slide powerpoint ini adalah pengalaman pertama saya seumur-umur! Wuakakakak, cape dee! Selama ini program komputer yang paling akrab dengan sehari-hari saya ya MS Word dan notepad. Kekekekek... Akhirnya dengan terseok-seok, slide presentasi kami selesai dibuat dalam waktu dua malam saja, sodara-sodara! Yeayy! Ayo, tepuk tangan semuanya! Maka dengan modal slide ala kadarnya itulah kami berdoa untuk kelancaran presentasi dengan Indosat hari Kamis paginya. Srondol sudah wanti-wanti ke saya dan teman-teman sehari sebelumnya, agar kami membawa serta buku-buku yang ditulis oleh para penulis Kampung Fiksi dan juga buku Peri-peri Bersayap Pelangi yang notabene penyebarannya akan kami bantu melalui hasil workshop nantinya. Oww, tentu saja, dengan senang hati kami kumpulkan (hampir) semua buku kami tersebut. Sayang sekali, karena waktu yang mepet, hanya beberapa buku yang masih ada di tangan kami saat itu. Tak apa, lebih baik daripada tidak ada, kan? [caption id="attachment_141966" align="aligncenter" width="300" caption="Novel saya, Blackbook, yang juga menemani selama presentasi"][/caption] Isi pembicaraan sepanjang presentasi itu sendiri kami sudah bagi-bagi dalam beberapa point agar tidak ngalor-ngidul. Soalnya, maklum ya, yang bicara ini saya, emak-emak yang cenderung kalau ngomong satu topik suka ngelantur kemana-mana. Hahahaa...Selain itu, slide yang kami buat itu kami harapkan bisa menjadi panduan supaya pembicaraan terarah. Slide tinggal slide, bulan madu hanya mimpi. Kenapa? Karena nyatanya, sepanjang presentasi, sejak awal sampai akhir, slide-slide yang kami buat dengan cucuran keringat dan air mata itu sama sekali tidak sempat dibuka satu per satu! Lho? Iya, saking saya terlalu asyik bercerita tentang Kampung Fiksi dan rencana workshop kami, pihak Indosat juga (dan Srondol, tentu saja) benar-benar membuat suasana dalam ruang meeting kecil di lantai 22 Gedung Indosat itu terasa akrab dan kekeluargaan. Kami sama sekali tidak merasa diintimidasi sebagai pihak yang butuh mereka. Jalannya presentasi layaknya seperti sebuah percakapan akrab di coffee shop dengan secangkir teh di hadapan. Aaah, sedap... Apa aja yang diomongin? Membuka presentasi, saya mengenalkan blog Kampung Fiksi kepada Pak A. Kristiyanto, sang Division Head of Online and Social Media, dan team-nya. Siapa-siapa saja yang ada dibalik Kampung Fiksi, sudah berapa lama blog Kampung Fiksi ini tayang di dunia maya, apa saja event-event online yang sudah pernah kami selenggarakan, apa saja buku-buku yang sudah diterbitkan oleh perempuan-perempuan di balik nama Kampung Fiksi, sampai fakta jumlah follower, pengunjung harian dan page rank blog Kampung Fiksi pun tidak ketinggalan. Pembicaraan kemudian bergulir ke intinya; Workshop Perempuan Menulis dan Nge-blog. “Kenapa perempuan?” tanya Pak Kristiyanto. Dengan senang hati saya menjelaskan kalau alasan utama kami memilih target audience perempuan adalah: 1. Penyelenggaranya perempuan-perempuan. Hahaha, that’s simple! Adalah wajar kalau kontribusi besar yang ingin kami berikan kami tujukan untuk sesama kami. 2. Perempuan jaman sekarang melek gadget, tapi belum semuanya melek nulis di media online. Ini fenomena, lho! Perempuan dengan smartphone di tangan banyak, tapi apa semuanya menggunakannya dengan maksimal? Terutama dengan layanan koneksi internet yang baik, digunakan untuk apa selain untuk update status di Facebook, twitteran dan cek e-mail sekali-sekali? Aih, padahal perempuan yang mengenal blog, banyak juga, dan biasanya mereka menangguk sukses di bidangnya masing-masing melalui nge-blog. Lalu, muncul lagi pertanyaan baru, “Kenapa Indosat? Duh, mau sekali saya jawab dengan, “Kenapa nggaaak?” Hahaha, tapi pasti bukan itu jawaban yang mereka ingin dengar, bukan? Sejak awal kami tidak pernah memimpikan bisa menggandeng pihak sebesar Indosat untuk berpartner dalam kegiatan ini. Rasanya seperti seorang anak TK mengajak bapak-bapak berdiskusi tentang perang dunia; nggak sepadan. Tapi karena kami sudah sampai di hadapan mereka, tentu saja kami harus punya alasan besar selain karena alasan pertemanan kami dengan Srondol. Bahkan Srondol pun ingin tahu kenapa mengajak Indosat. Saya tidak mau terdengar bombastis dengan jawaban-jawaban yang mengawang di langit. Dengan jujur dan rendah hati saya mengatakan, “Mimpi kami terlalu besar untuk diwujudkan dengan kekuatan sendiri. Makanya kami butuh pihak dengan nama besar untuk membantu kami.” Jawaban yang benar-benar datang dari lubuk hati yang paling dalam itu sebenarnya. Hahahaha... Alhamdulillah, sejauh itu pembicaraan lancar. Kemudian masuk ke teknis pelaksanaan acara, hitung-hitung biaya dan bentuk kerja sama yang diinginkan kedua belah pihak. Untuk hal ini, saya nggak bisa cerita, ya! Selain keputusannya juga belum ada, kurang etis juga kayanya kalau dibuka semua ke publik. Hihihihi... Yang pasti, sampai saat ini kami masih menunggu berita dari Indosat mengenai lolos tidaknya proposal Kampung Fiksi ini. Namun satu hal yang pasti, workshop perempuan menulis ini akan tetap dilaksanakan sesuai dengan yang sudah terlebih dahulu kami rencanakan. Tanpa bantuan Indosat, sudah bisa dipastikan kami akan terseok-seok menjalaninya, dan dana untuk membantu Lingkar Spasi Media Publisher untuk menyebarkan buku Peri-peri Bersayap Pelangi ke rumah-rumah singgah anak tidak mampu tentu tidak akan sebanyak kalau kami bisa menggandeng Indosat. [caption id="attachment_141967" align="aligncenter" width="300" caption="Buku Peri-peri Bersayap Pelangi yang ingin segera hinggap di tangan anak-anak tidak mampu di pulau Jawa"][/caption] Di ujung presentasi saya sempat mengungkapkan kalau kegiatan offline seperti workshop atau pelatihan menulis ini inginnya menjadi kegiatan berkala Kampung Fiksi. Menjadi semacam kegiatan berbagi ilmu dari perempuan, oleh perempuan dan untuk perempuan. Dan tidak menutup kemungkinan, di acara-acara selanjutnya mungkin target audience kami bukan cuma perempuan...bisa laki-laki, anak-anak, mahasiswa, nenek-nenek, kakek-kakek. Aamiin! Begitu presentasi selesai dan Srondol mengantar kami ke lift gedung, saya ngakak kenceng. Kenapa? Srondol bilang, “Selamat, mbak! Impressive presentasinya! Sayang, mbak lupa ngenalin diri satu persatu tadi...” Ngek ngok...Dasar emak-emak!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline