Lihat ke Halaman Asli

Winda Aulia Rahmi

Mahasiswi Universitas Andalas

Dalam Kepungan Plastik: Bagaimana Plastik Masih Menjadi Permasalahan Eksis di Era Saat Ini

Diperbarui: 1 April 2024   22:32

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sumber foto :istockphoto.com

Plastik, bahan serbaguna yang sebelumnya dianggap sebagai inovasi revolusioner, kini telah menjadi momok bagi keberlangsungan lingkungan kita. Meskipun kita telah mengetahui dampak negatifnya terhadap planet kita, plastik masih menjadi permasalahan eksis yang menuntut perhatian mendesak di era saat ini. 

Meskipun zaman telah berubah, masalah plastik tetap menjadi perhatian utama bagi lingkungan kita. Kita tidak dapat mengelak bahwa nyatanya sulit sekali untuk sama sekali tidak menggunakan produk industri satu ini. Di satu sisi, plastik sangat dibutuhkan bagi manusia, akan tetapi disisi lain ini menjadi momok menakutkan dikarenakan dampak yang ditimbulkannya akan berimbas terhadap keberlangsungan hidup bumi.

Alasan mengapa plastik masih eksis penggunaannya  dikarenakan plastik memiliki sifat yang unik dimana memiliki daya tahan yang luar biasa dan biaya produksi yang rendah, membuatnya menjadi bahan pilihan dalam berbagai  industri. Plastik telah menjadi nilai tambah yang ekonomis di berbagai sektor mulai dari dunia medis, industri peralatan rumah tangga, konstruksi dan lainnya. 

Dikarenakan multifungsi  inilah plastik sulit digantikan perannya dengan bahan lain yang ramah lingkungan. Namun, kekurangan dari penggunaan plastik ini tentu saja limbah plastik yang mencemari lingkungan contohnya saja pencemaran sampah plastik di lautan sebagai permasalahan yang membutuhkan perhatian masyarakat global serta sistem pengelolaan dan pengolahan sampah di Indonesia yang masih menyedihkan. 

Namun, jika plastik ini tidak didaur ulang , atau hanya dibakar dan disimpan di Tempat Pembuangan Akhir – maka sampah menjadi permasalahan utama bagi lingkungan .

Bahasan artikel ini ialah bagaimana sampah plastik terakumulasi di lautan. Dikutip dari data Our World in Data, dunia menghasilkan sampah plastik tiap harinya mencapai 350 juta ton per tahunnya. Dari keseluruhan akumulasi sampah plastik yang dihasilkan sekitar 80 juta sampah plastik tidak dikelola dengan baik dan berserakan dan sekitar 0,5 persen dari keseluruhan sampah plastik dunia berakhir di lautan. 

Tentunya akumulasi sampah plastik di lautan ini menjadi tidak hanya menjadi ancaman bagi ekosistem Laut tetapi juga kehidupan biota di dalamnya. Lalu, bagaimana sampah plastik ini dapat mencapai lautan? Jawabannya nya ialah, sekitar 70-80 persen sampah plastik yang berakhir di lautan ditransferkan dari imigrasi sampah plastik dari daratan melalui sungai atau garis pantai hingga akhirnya mencapai lautan. 

Dan sisanya berasal dari aktifitas manusia di laut seperti jaring , tali pancing dan lainnya. Indonesia merupakan peringkat kedua dengan negara tertinggi yang menyumbangkan sampah plastik ke lautan. Sekitar 1,29 juta sampah plastik  dan 10 miliar kantong plastik berakhir di lautan Indonesia.

Indonesia, sebagai negara kepulauan yang besar, memang menghadapi tantangan besar terkait masalah limbah plastik di laut. Sebagai negara peringkat kedua dengan produksi limbah plastik terbanyak yang masuk ke laut, terdapat beberapa faktor yang menjadi penyebabnya.

  •  Pertumbuhan ekonomi yang pesat dan urbanisasi yang cepat di Indonesia telah menyebabkan peningkatan konsumsi produk-produk plastik. Penggunaan plastik sekali pakai yang melimpah, seperti kantong plastik, botol minuman, dan bungkus makanan, menjadi umum di berbagai sektor
  • Kedua, kurangnya infrastruktur pengelolaan limbah yang memadai merupakan masalah serius di banyak wilayah di Indonesia. Sebagian besar daerah masih memiliki sistem pengelolaan sampah yang kurang efisien, termasuk kurangnya fasilitas daur ulang yang memadai dan kurangnya akses penduduk terhadap tempat pembuangan sampah yang aman.
  • Selain itu, kesadaran akan pentingnya pengelolaan limbah juga masih rendah di kalangan masyarakat Indonesia. Kurangnya pemahaman tentang bahaya limbah plastik bagi lingkungan dan kesehatan manusia menyebabkan perilaku pembuangan sampah yang sembarangan dan kurangnya partisipasi dalam program-program daur ulang dan pengurangan plastik.
  • Faktor lain yang berkontribusi adalah aktivitas industri yang berbasis plastik dan nelayan yang menggunakan peralatan plastik. Limbah plastik dari industri dan kegiatan nelayan dapat langsung masuk ke laut melalui sungai atau pembuangan langsung ke laut.

Secara keseluruhan, kombinasi dari faktor-faktor ini menyebabkan Indonesia menjadi negara dengan produksi limbah plastik terbesar kedua di laut. Untuk mengatasi masalah ini, diperlukan upaya yang komprehensif, termasuk peningkatan kesadaran masyarakat, perbaikan infrastruktur pengelolaan limbah, regulasi yang lebih ketat terkait penggunaan plastik sekali pakai, dan promosi pengembangan alternatif ramah lingkungan untuk produk plastik.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline