Lihat ke Halaman Asli

Beberapa Tradisi Unik Masyarakat Minangkabau dalam Menyambut Bulan Suci Ramadhan

Diperbarui: 16 April 2024   15:05

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Buk yendri memasak lemang bambu di ulakan ,padang pariaman Kamis (7/4)/dok. pri

Bulan suci Ramadhan merupakan bulan yang sangat dinantikan oleh seluruh umat Islam. Pada bulan Ramadhan dimana seluruh umat islam berlomba-lomba mengerjakan kebaikan. 

Ada beberapa tradisi yang biasa dilakukan masyarakat sumbar untuk menyambut Bulan Suci Ramadhan, diantaranya:

1. Malamang 

Malamang atau memasak lemang adalah salah satu tradisi sebagian masyarakat Sumatera Barat ketika Ramadan tiba. Biasanya, malamang dilakukan satu minggu hingga tiga hari menjelang Ramadan. Beberapa daerah yang biasanya punya tradisi malamang jelang Ramadan, seperti Padang Pariaman, Pariaman, Padang, Agam dan sejumlah daerah lain. Salah satu seorang warga Padang Pariaman, Yendri (40) menyampaikan saat menjelang Ramadan 1445 Hijriah ini, ia dan keluarga akan malamang tiga hari jelang Ramadan. 

"Iya belum, tapi nanti rencana beberapa hari lagi," ujar Yendri , Rabu (6/3/2024). 

Menurutnya, memasak lemang di Minangkabau memiliki makna tersendiri, yakni menjalin silaturahmi dengan keluarga dan kerabat. Sebab, kata Yendri lemang yang sudah masak nantinya akan diantar ke rumah orangtua, mertua, dan saudara-saudara lainnya. 

"Iya tradisinya di sini seperti itu, karena memang itu tujuannya kita masak," Ujarnya. 

Tradisi malamang tak hanya menjelang Ramadan, tetapi juga ketika maulid nabi. Kemudian juga saat menjelang Idul Fitri. 

Asal Muasal "Malamang" 

Banyak tetua bilang, tradisi malamang telah berlangsung sejak ratusan tahun silam dan diwarisi secara turun temurun sampai sekarang. Menurut Tambo atau kisah yang meriwayatkan tentang asal usul dan kejadian masa lalu di Minangkabau, tradisi malamang bermula saat Syekh Burhanuddin rajin berkunjung ke rumah-rumah penduduk untuk bersilaturrahmi dan menyiarkan agama Islam. Kemudian beliau sering disuguhi makanan. Namun, Syekh Burhanuddin menyarankan kepada setiap masyarakat yang dikunjunginya agar mencari bambu, lalu memberikan alas daun pisang muda. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline