Lihat ke Halaman Asli

Menuntun atau Menuntut

Diperbarui: 20 Juni 2024   09:51

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Diakhir tahun ajaran ini semua orang disibukkan dengan rapat kenaikan kelas. Dimana hasil pembelajaran selama satu tahun akan diketahui. Banyak yang  berbangga hati dengan pancapaian anak-anaknya namun tidak sedikit yang kecewa dengan hasil capaian pembelajaran yang sudah dijalani. Kenaikan kelas sebuah momen yang sangat ditunggu oleh semua orang yang masih dalam jenjang pendidkan dan orang tua yang memiliki anak usia sekolah.

Sebagai orang tua dan murid kita harus bijak menerima apapun hasil dari penilaian tersebut tanpa menyalahkan siapapun terlebih menyalahkan diri sendiri. Memang nilai rapor salah satu indikator sebuah keberhasilan namun perlu diingat nilai rapor bukanlah satu-satunya tolak ukur berhasilnya sebuah pendidikan. Anak yang nilai akademiknya bagusakan membuat orang tua bangga, namun anak yang punya nilai empati yang tinggi tidak kalah pentingnya.

Yang sangat perlu kita perhatikan adalah apa saja capaian yang sudah mereka kuasai selama melaksanakan proses pembelajaran. Apakah ada perubahan, baik perubahan kearah positif apalagi perubahan kearah negatif. Ketika terjadi perubahan kearah positif alhamdulillah sangat membuat kita tenang dan bangga. Namun ketika perubahan itu menuju arah negatif atau lebih buruk, kitapun tidak perlu mengeluarkan respon yang berlebihan.

Karena semua itu adalah bagian dari sebuah proses. Sebagai guru dan orang tua kita tidak punya kuasa untuk merubah anak-anak kearah yang lebih baik, karena hidayah datangnya dari Allah. Allahlah yang berkuasa memberi hidayah kepada siapa saja yang dikehendaki_Nya. Tugas kita sebagai guru dan orang tua hanya tetap bersabar dan tidak pernah menyerah membersamai anak- anak menuju kodratnya masing -masing agar mencapai kebahagiaan yang setinggi-tingginya.

Orang tua dan guru tidak boleh menyerah dengan tingkah polah anak apapun kondisi dan keadaannya. Anak adalah titipan Allah untuk kita. Bagaimanapun kita tidak boleh menyerah dalam menjaga titipan Allah. Karena semua yang ditipkan kepada kita akan diminta pertanggung jawabannya.

Hal ini selaras dengan pemikiran Ki Hajar dewantara dengan tujuan pendidikan yakni Menuntun murid sesuai dengan kodrat murid agar tercapai kebahagiaan yang setinggi-tingginya baik sebagai individu maupun sebagai masyarakat. Kita sebagai orang tua hanya bisa menuntun bukan menuntut. Yang namanya menuntut ketia anak kurang ajar kita yang harus mendidik mereka, ketika mereka tidak punya hati kita yang harus memberikan hati kita untuk mereka dan ketika mereka tidak bisa melihat kita akan meminjamkan mata kita untuk mereka.   

Dalam menuntun butuh kesabaran dan kasih sayang karena sebuah perubahan dan hasil membutuhkan proses dan waktu yang tidak singkat. Sebagai orang tua dan guru kita tidak boleh menyerah dengan anak-anak kita. Bahkan ketika mereka menyerah dengan diri mereka sendiri. Nahkoda yang hebat tidak lahir dari lautan yang tenang.

Berhentilah menjadi orang dewasa yang selalu menuntut anak sesuai dengan yang kita inginkan. Mereka punya hak untuk memilih hidup mereka kita orang tua dan guru hanya bisa menuntun agar pilihan mereka sesuai dengan norma agama, adat dan sosial.  Anak bukanlah miniatur orang dewasa.  Mereka punya potensi mereka masing-masing, mereka berhak untuk memilih dan bahagia jangan korbankan anak-anak kita hanya karena untuk memenuhi tuntutan kita.

Percayalah do'a dan kasih sayang akan bisa merubah takdir. Ketika kita selalu bersabar dan tidak menyerah itu akan membuat anak sadar bahwa diri mereka sangat berharga. Mereka merasa bahwa kita mencintai mereka tapa syarat. Cinta dan keikhlasan yang kita berikan akan mampu menghantarkan mereka tumbuh berkembang sesuai dengan kodrat mereka dan akan mencapai kebahagiaan yang setinggi-tingginya baik secara individu ataupun sebagai masyarakat.

Air mata lelah dan semua pengorbanan orang tua dan guru tidak akan pernah sia-sia, karena Allah menjadi saksi betapa kita mencintai anak-anak kita karena Allah. Ingatlah suatu saat akan ada tangan yang akan menggandeng kita menuju surganya Allah. Karena Tidak ada balasan untuk amal kebaikan selain kebaikan pula (QS Ar Rahman: 60) 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H



BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline