Mengenang Sang Dermawan
Lelaki berperawakan sedang, berbadan tegap dan selalu senyum ini , dikenal luas di masyarakat Takengon.
Berbagai organisasi pernah digelutinya. Hingga menjadi anggota Dprk. Berasal dari keluarga berada dengan berbagai jenis usaha dilakoninya. Seperti kontraktor dan pemilik beberapa Spbu di Takengon dan Bener Meriah.
Namun, lelaki ini selalu terlihat sederhana dan supel dalam pergaulannya. Siapa sih yang tidak mengenal " Bang Iman".
60 tahun hidupnya yang penuh warna membuatnya kaya pengalaman dan memiliki banyak teman serta sahabat.
Kiprahnya ditengah masyarakat dilakukannya dengan gayanya sendiri. Sederhana dan lembut.
Saat konplik, bang Iman dipanggil bupati dan Muspida. Keadaan begitu genting. Pasokan sembako dan bahan bakar tidak bisa masuk ke Takengon dari Pesisir, Bireuen.
Kabupaten yang berada di tengah Aceh dan merupakan kawasan Dataran Tinggi ini, nyaris terisolasi. Pasokan terhenti di kawasan kabupaten Bireuen. Armada yang berani lewat, ada yang dibakar kala itu.
Bang Imanuddin Bin Haji Irsyaduddin ini diminta memasok sembako dari Medan lewat Gayo Lues dan Kutacane.
Bang Iman menyanggupi dan paham segala resiko yang dihadapinya. Atas usahanya, sembako dan Bbm pun masuk ke Takengon dengan pengawalan.
Bukan itu saja, saat rehab dan rekon, paska tsunami dan kesepahaman perdamaian RI- GAM, Bang Iman diminta membangun perumahan di kawasan Aceh Timur pedalaman yang merupakan basis GAM.