Kopi Gayo yang sudah berumur 132 tahun sejak dibawa Belanda pertama sekali tahun 1900 ke daerah Bergendal, hngga kini ternyata belum memiliki kebin induk atau sumber benih.
Hal ini berarti, klaim sumber bibit kopi Gayo 1, Timtim, Gayo 2, Borbor dan Gayo3 , Ateng Super, masih diragukan kemurniannya."Contohnya Gayo 3 atau Ateng Super, variasinya terlalu banyak. Berarti kebun induknya ngak benar. Variasi boleh, maksimal lima persen", tegas Surip.
Dengan banyaknya variasi, atau banyaknya varitas dari Ateng Super itu sendiri, mengindikasikan kebun induknya tidak terjaga sesuai standar.
Diulas Pakar Kopi Indonesia ni, Tanpa kebun induk variabilitas kopi tidak terjaga. Sehingga bisa berubah karena lingkungan. Lalu siapa saja boleh mengaku bibit kopinya varitas unggul. Tapi sumber benihnya tidak sesuai standar.
Surip sejak lama sudah sering menyarankan bupati Aceh Tengah, Bener Meriah untuk segera menyediakan kebun induk. Namun hingga kini tak pernah wujud.
Sementara itu Tovan Mahennata, seorang ahli kopi menyebutkan, kopi tanpa kenun induk bisa berakibat fatal.
Seperti kualitas dan Karakter Kopi Gayo tidak tertahan karena Masyarakat tidak punya indikator untuk tanaman.
Produksi yang tidak stabil cenderung turun karena Masyarakat menanam jenis kopi sembarangan.
Ditempat berbeda Zaini, salah seorang pakar kopi gayo meragukan kemurnian kopi yang selama ini sering dibagikan Pemda kepada masyarakat petani kopi gayo. Karena diambil asalan dari kebun petani. Tanpa standar benih yang baik.
Ketika suatu daerah tidak bisa menyediakan benihnya secara mandiri maka masyarakatnya berpotensi untuk menggunakan benih tidak bersertifikat. Ataupun penyediaan bibit buat masyarakat menjadi lebih mahal karena harus disiapkan dari Provinsi lain.