Bagaimana tanaman teh pertama sekali di tanam di Dataran Tinggi Gayo?
Siapa yang pertama sekali membawanya?, Kemana teh ini dijual?, Bagaimana rasa dan aroma teh asal Gayo ini?
Tidak banyak data atau foto yang bisa didapat dari internet tentang sejarah teh di Gayo. Tepatnya di Pondok Baru. Pondok Baru lebih dikenal dengan Janarata.
Kebanyakan data dan info soal teh di Gayo, berasal dari catatan Belene ( Belanda) yang menjadi penjajah di Indonesia. Diantaranya KITVL dan Tropen Museum. Dahulu, mudah sekali mengakses situs yang berlokasi di Belanda ini. Namun kini akses sudah sulit dan berbayar.
Dalam buku John R Bowen, Sumatran Politics and Poetics. Gayo History, 1900-1989. Disebutkan, sebelum jalan dibangun Belanda. Mereka terlebih dahulu sudah menanam dalam skala kecil, tanaman baru.
Potatoes and cabbage arrived in Takengon in 1905. 1908 the first arabica coffee trees were planted north of the lake.
By 1924 Dutch and other European investors had begun to lease land from Lords of the Bukit and Ciq domains for coffee, tea and vegetable estates.
Menurut Wiknyo, seorang petani dan mantan penyuluh Pertanian, rasa dan aroma teh Gayo yang terletak di Janarata Bener Meriah. Sangat disukai. "Ratu Belanda tidak akan minum teh sebelum teh dari Redlong (Bener Meriah) tiba", kata Wiknyo.
Sebelum merdeka, pabrik teh Gayo masih berdiri kokoh dan tergolong modern di dekat pasar Janarata.
Sayang, setelah merdeka, pabrik teh buatan Belanda ini di kanibal. Atau dibongkar dan besinya dijual ke Sumatra Utara.
Sejak saat itu, sejarah teh Gayo berakhir dramatis setelah sebelumnya di eksport Belanda ke Erofa dan merupakan salah satu teh terbaik dunia.
Kini, meski tidak lagi ditanam secara besar-besaran, teh Gayo masih bisa didapat di Bener Meriah, sekitar Kampung Pondok Gajah, Pondok Sayur, umumnya Kecamatan Janarata yang dijadikan pagar kebun.