Salah satu fenomena yang saya temui ketika datang ke Negeri Belanda adalah hampir tiap hari, saya selalu melihat orang yang berjalan bersama binatang peliharaan seperti anjing atau kucing. Hal ini sangat bertolak belakang dengan keadaan yang saya lihat ketika berada di Tanah Air, terkhusus saat saya berada di Pulau Dewata. Di sana saya melihat banyak binatang itu berkeliaran dari rumah ke rumah dan jalanan bahkan sampai ada yang dijual sebagai lauk-pauk. Tetapi di Belanda, hewan seperti anjing dan kucing mendapatkan perlakukan istimewa.
Suatu kali, saya dan teman-teman berbincang-bincang dengan seseorang staff di Maastricht University. Kebetulan waktu itu, dia membawa anjing peliharaannya ke kantor. Dia bercerita bagaimana setiap hari kehidupannya bersama dengan binatang kesayangannya. Merawat, memandikan, memberi makan makanan yang bergizi, menggendong sambil mengelus-elusnya, berjalan -jalan di taman apabila cuaca cerah adalah bagian dari caranya menyayangi binatang.
Di Negeri Belanda ini, binatang memang begitu sangat dimuliakan. Dengan adanya Party for the Animals yang didirikan pada tahun 2002 oleh Marianne Thieme dan memiliki perwakilan di parlemen, mereka betul-betul memasukkan dan memperjuangkan hak dan kesejahteraan binatang dalam agenda politik. Dalam salah satu film kampanye di Youtube, Laurence Arcadias dari Maryland Institute College of Arts membuat sebuah video animasi yang menceritakan bagaimana tikus-tikus belajar Bahasa Belanda karena mereka ingin pindah ke negara itu sebab adanya partai politik untuk hewan, yaitu de Nederlandse Partij voor de Dieren atau Party for the Animals. Jadi mereka betul-betul berjuang di aras politik dan bekerja demi hak dan kesejaheraan hewan.
Dengan kondisi di atas, bisa dibayangkan bagaimana jika mereka mengetahui dan mendengar apabila banyak anjing dan kucing di Indonesia yang ditelantarkan dan tidak mendapatkan hak-hak mereka? Mungkin mereka akan kaget bila saya atau teman-teman dari Indonesia bercerita bahwa banyak anjing disembelih, dimasak bahkan dimakan, sementara di Belanda, hewan-hewan tersebut diperlakukan dan dirawat sebagaimana seorang manusia.
[caption id="" align="aligncenter" width="640" caption="Severine dan kuda kesayangannya; foto dari Facebook Severine"][/caption]
Hewan diperlakukan dan dirawat seperti layaknya seorang manusia itu diamini oleh Severine, seorang pecinta hewan yang bekerja di Centre for European Studies, Maastricht University. Wanita asli Prancis, tinggal di Belgia dan bekerja di Belanda ini begitu sangat menyayangi binatang karena diajarkan oleh kedua orang tuanya, sampai-sampai 3 kata pertama yang diperkenalkan kepadanya adalah Mommy, Daddy and Horse. Sejak kecil, Severine sudah terbiasa hidup dan bergaul dengan hewan, terutama kuda. Menurut pengakuannya, karena dia takut dengan binatang kecil ketika berjalan, maka naik kuda adalah solusinya. Karena sejak kecil orang tuanya selalu memiliki hewan peliharaan, maka dengan otomatis dan natural, Severine juga ikut menyayangi hewan bahkan hingga sekarang.
Saat ini Severine memiliki 2 kucing, 1 kuda serta merawat beberapa kucing liar yang tidak diketahui siapa pemiliknya. Bulan Oktober 2011, anjing miliknya mati dan beberapa bulan yang lalu salah satu kucingnya menyusul. Oleh sebab itu, dia berencana untuk membeli seekor anjing dan kuda lagi. Kuda yang dimilikinya saat ini sudah tidak muda lagi. Karena itulah, dia jarang menungganginya tetapi tetap terus merawatnya dan sesekali menggandengnya ketika berjalan-jalan. Dengan kucing-kucing yang dimilikinya, Severine juga banyak bercakap-cakap dengan mereka, memandikan dan membersihkan bulu-bulunya, memberi mereka makan hingga tidur di pangkuan. Bagi Severine, aktivitas itu sangatlah menyenangkan sebab dia bisa melihat dan berinteraksi secara langsung dengan kehidupan mereka.
Baginya, hewan-hewan itu adalah teman sejati. Mereka tidak bisa berbohong dan selalu jujur kepada manusia. Bila suatu saat bertengkar dengan manusia, mereka bisa marah untuk beberapa saat tetapi ketika kemarahan itu selesai, semuanya selesai seperti tidak terjadi suatu apa-apa. Selain itu, saat mereka menjalin persahabatan dengan seseorang, maka persahabatan itu akan berlangsung selamanya. Hewan peliharaan itu membuat keseharian Severine senang dan tenang. Karena dia juga memiliki sebuah taman di rumahnya, dia juga sangat senang melihat dan mengamati kehidupan beberapa hewan yang sering mampir di sana seperti burung-burung dan tupai. Aktivitas itulah yang membuatnya menyadari bahwa hidup dan bumi ini sangatlah indah.
[caption id="attachment_178050" align="alignnone" width="640" caption="Seorang Meneer sedang berjalan-jalan dengan kedua anjingnya di sebuah sungai di Groningen; foto dokumentasi pribadi"][/caption]
Karena perasaan dan ikatan persahabatan itu, jika ada hewan peliharaannya yang sakit, Severine merasa seperti orang dekatnya yang sakit. Itu membuatnya sedih dan ketika ada yang mati, dia seperti kehilangan seorang teman. Dia merasa khawatir jika salah satu hewan peliharaannya sakit dan berusaha memberikan perawatan yang sebaik mungkin agar cepat sembuh. Jika diperlukan, dia membawa hewan itu ke dokter hewan. Perasaan itu barangkali juga dimiliki oleh para pemilik hewan peliharaan lainnya. Mereka merasa senang bersama dengan hewan kesayangan mereka hingga selalu memberikan perawatan terbaik untuk mereka. Segala sesuatu dipersiapkan baik di rumah maupun ketika bepergian supaya sahabatnya itu merasa nyaman dan mendapat perlakukan yang manusiawi. Bagi pemilik yang sudah lanjut usia, hewan peliharaan itu bisa menjadi teman yang menghibur dalam aktivitas keseharian mereka.
Hidup di daerah yang menyayangi hewan, membuat saya juga turut menikmati kehidupan dan interaksi manusia dengan kehidupan hewan. Setiap kali melihat orang yang berjalan dan bermain-main dengan hewan kesayangan mereka, saya jadi ikut tersenyum senang melihat polah tingkah persahabatan mereka. Para pemilik hewan itu melayani dan menemani sahabatnya dengan penuh kesabaran dan cinta.