Lihat ke Halaman Asli

“Kita di Sana”, Sebuah Film Potret Cinta Indonesia

Diperbarui: 25 Juni 2015   06:06

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

1335385103623760014

[caption id="attachment_177096" align="alignnone" width="640" caption="Randi di Taman Indonesia, terlihat ada becak di sana; dari Youtube"][/caption]

Brainstroming

Dalam rangka Temu Eropa yang diadakan oleh Perhimpunan Pelajar Indonesia di Belanda (PPI Belanda), ada beberapa kegiatan yang diselenggarakan meliputi kompetisi olahraga, seni dan film pendek. Acara tersebut akan diselenggarakan pada tanggal  5-6 Mei bertempat di Rotterdam, Belanda. Terkhusus kompetisi film pendek, tema yang diangkat pada Temu Eropa 2012 adalah Kecintaan Kepada Negara Indonesia sekaligus sebagai peringatan HUT PPI Belanda yang ke-90.

Untuk memeriahkan acara tersebut, PPI Groningen yang dikomandoi oleh Divisi Bakat dan Minat, berniat untuk berpartisipasi dalam kompetisi film pendek. Dimulai pertengahan Maret 2012, Divisi Bakat dan Minat yang dikoordinasi oleh Ruby Theofelea dan Lidia mengundang para anggota PPI-Groningen yang berniat untuk ikut bergabung dalam tim pembuatan film melalui milis. Tidak kurang dari 15 orang berminat dan berkomitmen untuk kesuksesan pembuatan film pendek.

[caption id="attachment_177098" align="alignnone" width="640" caption="Salah satu sudut di Taman Indonesia, Belanda; foto dokumentasi tim film PPI Groningen"]

1335385276392327507

[/caption]

Pertemuan untuk membahas konsep dan teknis film pun dilakukan. Mereka yang tergabung dalam tim film berdiskusi mengenai konsep film yang dibuat dan sesuai dengan tema yang sudah ditetapkan panitia Temu Eropa 2012. Brainstroming ide cerita dilakukan. Siapapun bisa memberikan ide dan gagasan cerita dengan maksud agar film betul-betul terkonsep dan memiliki pesan moral yang bisa dipetik oleh penonton.

Ide terus dilontarkan hingga mengerucut pada sebuah konsep yang hampir mendekati final. Jadi, dalam film yang akan diproduksi oleh PPI Groningen kali ini, ada seorang mahasiswa Indonesia yang baru saja datang ke Kota Groningen. Dia tertarik pada bidang fotografi dan cinematografi. Dia berniat membuat sebuah film dokumentasi mengenai pendapat mahasiswa Indonesia di Groningen tentang Indonesia. Ide film tersebut muncul setelah bertemu dengan beberapa orang mahasiswa yang sudah melupakan Indonesia bahkan memandang kehidupan di Indonesia kalah jauh dengan luar negeri. Tokoh dalam film itu nanti akhirnya menemukan mahasiswa-mahasiswa Indonesia yang masih peduli dan cinta dengan Indonesia dengen beragam cara yang dilakukan.

Bermula dari Taman Indonesia

[caption id="attachment_177100" align="alignnone" width="640" caption="Bajaj di Taman Indonesia; foto dokumentasi tim film PPI Groningen"]

1335385385446496885

[/caption]

Tokoh utama dalam film yang diproduksi oleh PPI Groningen adalah Randi. Dia baru 2 hari datang ke Kota Groningen Belanda untuk menempuh studi master. Sebelum datang ke Belanda, dia sudah berkeliling ke beberapa wilayah di Indonesia. Dia sangat takjub dengan keindahan dan kekayaan alam Indonesia. Hobi fotografi dan cinematografi membuat Randi tertarik untuk mengunjungi Taman Indonesia. Taman ini dimiliki seorang warga Belanda yang begitu cinta dengan Indonesia. Saking cintanya, dia membuat sebuah taman yang berisi semua hal yang berkaitan dengan Indonesia.

Kunjungan ke Taman Indonesia menjadi awal petualangan Randi. Dia dibuat takjub dengan orang asing yang begitu mencintai Indonesia. Namanya saja Taman Indonesia, berarti semua yang ada di sana berisi segala sesuatu yang identik dengan Indonesia. Ada rumah joglo, layang-layang, bajaj, warung dengan hidangan dan jajajan Indonesia, kebun binatang mini serta berbagai ornamen-ornamen lainnya. Dia tidak menyangka bahwa ada orang Belanda yang begitu cinta dengan Indonesia sampai membuat sebuah taman bernama Taman Indonesia.

Begitu pulang dari Taman Indonesia, Randi bertemu dengan 3 orang mahasiswa Indonesia, Sasha, Rafael dan Chantal. Ketiga anak muda itu begitu memandang negatif situasi Indonesia saat ini dengan mengatakan macet, panas dan lebih menyanjung kehidupan di luar negeri. Randi merasa sedih dengan kecuekan mereka terhadap Indonesia dan pendapat ketiga teman barunya itu. Dia berinisiaif mewawancarai  dan membuat film dokumenter tentang mahasiswa-mahasiswa Indonesia di Groningen dan bertanya pandangan mereka mengenai Indonesia.

Beragam pandangan dan opini berhasil direkam oleh Randi. Ada yang positif, ada pula yang negatif. Kecintaan terhadap Indonesia pun diwujudkan dengan beragam cara seperti memakai batik, aktif di organisasi kemahasiswaan Indonesia di Belanda dan memperkenalkan budaya Indonesia seperti Tari Saman, tetembangan hingga memberikan pernak-pernik khas Indonesia ke kalangan masyarakat dan mahasiswa internasional di Belanda.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline