Lihat ke Halaman Asli

Di Groningen, Perhimpunan Pelajar Indonesia (PPI) Belanda Mendiskusikan Korupsi Struktural

Diperbarui: 25 Juni 2015   07:26

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

13327839291897314483


[caption id="attachment_171017" align="aligncenter" width="640" caption="Para pembicara dan moderator diskusi interaktif PPI Belanda; foto dokumentasi panitia"][/caption]

Perhimpuan Pelajar Indonesia Groningen (PPI-G) dan Perhimpunan Pelajar Indonesia Belanda menggelar Diskusi Interaktif bertajuk "Korupsi Struktural dan Rasionalitas Nusantara" pada hari Minggu 25 Maret 2012. Bertempat di Red Cross Big Hall, Groningen, dua orang pembicara hadir sebagai pemateri yaitu Rimawan Pradityo PhD (Dosen Universitas Gajah  Mada) dan Kadek Dian (Mahasiswa S3 bidang Ekonomi di Rijksuniversiteit Groningen).

Sebelum diskusi dimulai, Hengky Purwoto selaku Ketua PPI-Groningen menyampaikan kata sambutan sekaligus mengucapkan selamat datang kepada para pembicara dan para peserta yang datang dari Groningen dan beberapa kota lain. Selepas kata sambutan dari Ketua PPI-Groningen, para peserta dihibur dengan penampilan Tari Piring yang dibawakan secara rancak oleh Habiburrahman (Habib) yang juga selaku koordinator diskusi interaktif. Para peserta dibuat terkesima ketika Habib menari-nari dengan dua membawa 2 piring di tangannya.

Sekretaris Jenderal PPI-Belanda, Reonaldus Paembonan (Reo) juga tampak hadir di tengah-tengah peserta diskusi. Seusai penampilan Habib, Reo memberikan beberapa informasi kegiatan PPI-Belanda yang sudah terselenggara dan juga menginformasikan beberapa rencana-rencana PPI-Belanda. Pada kesempatan itu, Reo juga menyampaikan informasi tentang hasil Indonesian Students Worlds Symposium (ISWS) di Kuala Lumpur, Malaysia pada tanggal 16-18 Februari yang lalu.


[caption id="attachment_171018" align="aligncenter" width="640" caption="Sebagian peserta diskusi interaktif; foto dokumentasi panitia"]

1332784018184439573

[/caption]

Selepas acara sambutan dan penampilan Tari Piring, pembawa acara, Yosier Thalita, mengundang moderator dan para pembicara untuk tampil di depan. Moderator diskusi, Aji Kusworo (Mahasiswa S3 bidang Planologi di Rijksuniversiteit Groningen) membacakan secara singkat riwayat hidup kedua pembicara yang dilanjutkan dengan presentasi dari Rimawan dan Kadek Dian. Dalam materi presentasinya, Rimawan mengungkapkan  mengenai masalah korupsi di Indonesia dan mengapa korupsi di Indonesia boleh dikatakan sebagai korupsi struktural. Terminologi korupsi struktural diajukan sebab kondisi tersebut jika dikaitkan dengan rasionalitas bangsa Indonesia sangat menarik dicermati.

Rimawan yang pernah mendapat penghargaan "The Best Paper Award" bidang ilmu ekonomi pada The Global Accounting, Finance, and Economics Conference, oleh Monash University tahun 2011 mengungkapkan bentuk korupsi yang terjadi di Indonesia sangat berbeda dengan korupsi yang terjadi di negara lain. Jika secara umum korupsi dilakukan oleh anggota warga masyarakat, namun di Indonesia, bentuk-bentuk korupsi sudah sampai pada korupsi di tingkat polisi, jaksa dan hakim, korupsi di LP dan makelar kasus. Untuk bentuk yang terakhir, Rimawan mengungkapkan bahwa makelar kasus adalah bentuk "korupsi asli" yang berasal dari Indonesia dan belum terjadi di negara lain. Tambahnya, Undang-Undang anti Korupsi di Indonesia merupakan titik utama kelemahan pemberantasan korupsi di Indonesia sebab secara implisit membuka ruang untuk melakukan tindakan korupsi.


[caption id="attachment_171019" align="aligncenter" width="640" caption="Salah seorang peserta yang aktif bertanya; foto dokumentasi panitia"]

1332784075575973545

[/caption]

Melanjutkan presentasi menarik yang disampaikan oleh Rimawan, Kadek menyajikan materi mengenai fenomena korupsi pasca desentralisasi. Menurut Kadek Dian, korupsi bisa dianalisis dari dua perspektif sistem  yaitu sistem sentralisasi dan desentralisasi. Pada saat sistem terpusat, korupsi terjadi melalui jalur yang lebih pasti karena melewati pemerintah pusat atau satu pintu. Namun, kondisi tersebut berkebalikan dengan korupsi pasca desentralisasi sebab korupsi terjadi lebih melalui cara dan jalur yang penuh dengan ketidakpastian.  Hal tersebut bisa dilihat dari beberapa hasil penelitian yang mengungkap persepsi dan pendapat para pebisnis dan penguasa di Indonesia terkait dengan biaya-biaya yang dikeluarkan untuk menjalankan proses usaha, misalnya terkait dengan perizinan.

Seusai penyampaian materi, moderator membuka ruang bagi peserta diskusi untuk bertanya dan memberikan komentar atas presentasi yang telah disampaikan oleh kedua pembicara. Para peserta yang datang dari kalangan pelajar dan mahasiswa Indonesia di Belanda sangat antusias mengajukan pertanyaan dan respon terhadap materi yang disajikan oleh pemateri.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline