Lihat ke Halaman Asli

Kaki Palsu, Parikan dan Inspirasi

Diperbarui: 26 Juni 2015   11:23

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kick Andy

Pak Lurah ngecat bedhil, Gusti Allah Sifat'e Adil

~Parikan dan Kaki Palsu~

Begitulah ucapan Pak Sumadi, salah seorang tamu yang hadir di acara Kick Andy yang bertema "Seribu Kaki Sejuta Asa" ketika ditanya Andy F. Noya tentang dana yang harus Pak Sumadi keluarkan untuk membantu orang-orang yang ingin mendapatkan kaki palsu. Pak Sumadi adalah salah satu penerima kaki palsu dari Kick Andy Foundation, yang lantas berjuang untuk mencari orang-orang yang membutuhkan kaki palsu ke daerah-daerah hingga radius 100 km dari Semarang dengan biaya sendiri. Pada saat blusukan itu, Pak Sumadi kerap dianggap sebagai penipu. Namun, hal itu tidak membuatnya patah semangat. Bahkan, hingga saat ini, telah lebih dari 40 orang yang berhasil dia bantu untuk mendapatkan kaki palsu dari Kick Andy Foundation.

Andy F. Noya bertanya seperti itu karena Pak Sumadi bekerja sebagai sopir angkutan umum di Semarang, yang notabene memiliki pendapatan yang tidak besar. Akan tetapi, Pak Sumadi bisa berkeliling kabupaten di sekitar Semarang demi melancarkan misinya membantu orang-orang yang membutuhkan kaki palsu. Tidak hanya mencari, Pak Sumadi juga mengantar orang-orang yang membutuhkan kaki palsu tersebut ke Mojokerto bertemu dengan Pak Sugeng, orang kreatif yang berjasa membuat kaki palsu, untuk diukur dan dibuatkan kaki palsu. Bahkan, untuk beli air minum sekalipun, Pak Sumadi menggunakan uangnya sendiri dan apabila ada orang yang memberi imbalan karena telah dibantu mendapatkan kaki palsu, Pak Sumadi menolaknya. Hal tersebut dilakukan karena dia ingin membantu sesamanya.

Meskipun memakai kaki palsu, Pak Sumadi tidak patah arang untuk terus berjuang dan berjuang. Hal itu juga dialami oleh tamu-tamu yang hadir di taping program Kick Andy yang diadakan pada hari Sabtu tanggal 20 November yang lalu. Pengalaman Mas Basir adalah salah satu contohnya. Oleh salah seorang temannya, Mas Basir disarankan untuk tidak perlu menggunakan kaki palsu, sebab ketiadaan kaki malahan menjadi modal untuk mendapatkan uang karena perempatan lampu merah masih "banyak yang kosong". Jadi, Mas Basir dapat memanfaatkan kekurangannya tersebut untuk meminta belas kasihan orang lain dengan berbekal kaleng kosoang atau topi terbalik. Tetapi, Mas Basir tidak mau melakukan itu. Selama dia masih memiliki kemampuan untuk bekerja, dia akan bekerja untuk mencukupi kebutuhan keluarga.

~Belajar Dari Mereka~

Penggalan kisah pengalaman Pak Sumadi, Pak Basir serta tamu-tamu Andy. F Noya yang lain memberikan sebuah pelajaran berharga. Dengan keterbatasan yang dimiliki, tidak menutup peluang seseorang untuk bekerja dan membantu sesama. Pak Sumadi percaya Gusti Allah sifatnya maha adil, terlihat dari parikan yang disampaikan. Mungkin Andy F. Noya, penonton bahkan Pak Sumadi sendiri pun terheran-heran, bagaimana mungkin seorang sopir angkutan umum yang rata-rata penghasilannya tidak besar, namun masih bisa berkeliling mencari orang-orang yang membutuhkan bantuan kaki palsu. Secara hitungan matematis, selain memakan biaya yang tidak sedikit, pasti juga akan menyita banyak waktu. Namun, Pak Sumadi terus percaya bahwa Gusti Allah sifatya adil.

Kisah Mas Basir juga sangat menarik. Semula dia putus asa ketika mendapati salah satu kakinya diamputasi oleh karena penyakit. Dia seperti kehilangan pengharapan sebelum akhirnya tersadar bahwa putus asa itu hanyalah akan menjadi beban yang semakin berat, sedangkan dia masih memiliki keluarga dan anak. Dengan keinginan dan kemauan yang besar, dia akhirnya kembali bersemangat untuk bekerja dan menghadapi kehidupan. Saran dari teman "satu rokoknya" untuk menjadikan ketiadaan kaki sebagai "sebuah modal" untuk meminta-minta tidak dia dengarkan, sebab selama masih ada kemauan dan semangat untuk bekerja, pasti akan ada jalan.

Semangat pantang menyerah yang telah ditunjukkan oleh Pak Sumadi dan kawan-kawan, bisa memberikan inspirasi untuk semua bahwa 'where there's a will there's a way". Oleh sebab itu, mari syukuri setiap organ tubuh yang telah diberikan-Nya dan pergunakan itu untuk berbuat kebaikan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline