Lihat ke Halaman Asli

Tulisan Tangan Ana Ing Kartu Lebaran

Diperbarui: 26 Juni 2015   13:19

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Ditulis hari Kamis, 9-9-'10

Ada banyak yang menarik di bulan puasa dan lebaran; ngabuburit, buka bersama, harga-harga cenderung naik, pusat perbelanjaan yang ramai, arus mudik dan arus balik, adalah beberapa "topik panas" di bulan tersebut. Tidak pandang suku, agama, ras dan antar golongan, semua turut larut dalam kemeriahan bulan suci yang diperingati setiap tahun. Tadi malam sudah diumumkan oleh pemerintah melalui Kementerian Agama bahwa 1 Syawal 1431 H atau Hari Raya Idul Fitri tahun ini jatuh pada hari Jumat 10 September 2010 (Baca Harian Seputar Indonesia, Rabu 08 September 2010, Idul Fitri Jatuh pada 10 September). Ini berarti, besok pagi, akan diadakan shalat Idul Fitri yang merupakan hari kemenangan setelah satu bulan penuh berpuasa.

Untuk menyambutnya, beberapa hari ini juga sudah banyak para pemudik yang pulang ke kampung halaman masing-masing, untuk merayakan Hari Raya Lebaran bersama keluarga. Di musim mudik seperti ini, untuk sampai kampung halaman, butuh perjuangan yang cukup berat sebab pasti akan terhambat oleh macet dan ancaman-ancaman lain yang mungkin mengintai di tengah perjalanan. Tapi momen mudik dan berlebaran adalah waktu yang tepat untuk bertemu dan bersilaturahmi dengan keluarga, saling meminta maaf dan memaafkan, berjabat tangan, sungkem hingga berbagi-bagi rejeki dengan para tetangga dan anak-anak. Sangatlah menyenangkan.

Tapi, tidak semua bisa menikmati mudik di kampung halaman. Mereka ada yang sangat terpaksa tidak bisa kumpul bersama keluarga karena alasan-alasan tertentu. Seperti yang ditampilkan di Apa Kabar Indonesia Pagi pada hari Kamis pagi tadi. Di awal acara Indy Rahmawati dan Andri Djarot mewawancarai 2 orang pemulung. Mereka berasal dari Sumatra dan Jawa Barat. Keduanya tidak bisa merayakan Idul Fitri di kampung halaman karena faktor ekonomi dan harus bekerja.

Apa yang dialami kedua pemulung di Apa Kabar Indonesia Pagi di atas, paling tidak mirip dengan sebuah syair lagu yang dipopulerkan oleh Kang Mas Didi Kempot, anak dari Mbah Ranto Edi Gudel. Judul lagunya ialah Tulisan Tangan. Syair lagi itu bercerita tentang seseorang yang tidak bisa pulang kampung dan merayakan hari raya bersama keluarga. Dia tidak bisa sungkem dengan romo lan ibu karena tidak punya sangu untuk pulang. Sebagai gantinya, dia hanya bisa berkirim sebuah kartu lebaran yang ditulis tangan dan kemudian dikirim ke keluarga. Berikut ialah syair lagu Tulisan Tangan dan kalau hendak mendengarkan lagunya, bisa langsung dilihat dan didengarkan di Youtube atau di 4Shared.

TULISAN TANGAN

Udan-udan dalane lunyu
Lintange ndelik mbulane turu
Langite mendung ing wanci dalu
Nambahi kangene atiku
Swara takbir ngelengke aku
Pingin nangis jroning batinku
Karep mulih ora duwe sangu
Ra bisa sungkem rama lan ibu
Aku sing ning paran bisaku mung kirim layang
Tulisan tangan ana ing kartu lebaran
Jane pingin bali ing dina Fitri kang suci
Nyuwun pangaksami sdaya dosa-dosa niki
Minal aidzin wal fa idzin
Mohon maaf lahir dan batin

Tapi, barangkali zaman sudah berbeda dan berubah. Tulisan tangan ana ing kartu lebaran mungkin sudah banyak ditinggalkan, meskipun masih ada yang memanfaatkannya. Hal tersebut terjadi seiring kemunculan teknologi SMS, MMS, email dan jejaring sosial. Teknologi-teknologi tersebut mampu menggeser cara-cara konvensional dan mampu menarik penggunanya oleh karena lebih cepat dan murah. Satu ucapan bisa diperlakukan send to many melalui SMS, email atau milis; menunggu beberapa saat, pesan yang dikirimkan sudah sampai ke tujuan. Tentu sangat berbeda dengan kartu ucapan yang ditulis tangan yang masih harus dimasukkan ke dalam amplop, dibawa ke kantor pos dan menunggu beberapa hari agar sampai ke lokasi yang dituju.

Sekarang juga sudah ada Facebook. Beberapa hari ini sangat ramai di Home Facebook mereka yang mengunggah sebuah gambar bertuliskan ucapan selamat hari lebaran dengan beragam modifikasi dan kreativitas, lantas gambar tersebut ditandai (tag) ke teman-teman di Facebook. Ada yang 10 teman, 20 teman, 30 teman dan seterusnya. Tidak terlalu repot, barangkali hanya perlu membuat gambar yang akan diunggah itu, atau bisa juga cari di beberapa mesin pencari. Ucapan melalui Facebook tersebut lantas ditanggapi dengan komentar-komentar dari teman-teman yang ditandai sebagai sebuah ucapan balik.

Kini tersedia beragam cara dan media untuk mengirimkan ucapan. Banyak pilihan, jadi silakan dipilih. Lha wong urip ning donya ki yo ra bakal pisah saka pilihan, pilihan lan pilihan. Semua tergantung pada kepuasan dan selera masing-masing. Ada yang belum puas jika tidak bertemu muka atau paling tidak bercakap-cakap melalui telepon, namun ada pula yang cukup dengan metode SMS send to many atau melalui Facebook. Jadi, tidak melalui tulisan tangan ana ing kartu lebaran, melalui media ini pula, saya ingin mengucapkan:

SELAMAT IDUL FITRI 1 SYAWAL 1431 H

NYUWUN PANGAKSAMI SDAYA DOSA-DOSA NIKI

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline