Lihat ke Halaman Asli

Orang-orang Hebat di Sekitar Kita

Diperbarui: 26 Juni 2015   14:47

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Hidup adalah pilihan. Setiap orang bebas membuat pilihan. Tetapi tidak setiap orang mudah atau tepat dalam membuat pilihan karena masing-masing pilihan mempunyai konsekuensi. Kerugian atau keuntungan secara materi. Orang-orang di sekeliling kita atau Anda mungkin mampu membuat pilihan yangsulit. Saya tidak akan memberikan penilaian, apakah pilihan orang-orang itu tepat atau tidak. Saya menempatkan orang-orang ini sebagai orang hebat karena mereka mampu membuat pilihan yang mungkin bagi orang lain sangat sulit dilakukan.Saya beruntung menjumpai orang-orang hebat di bawah ini:

(1) Alm. Mardiyem

Mungkin Anda pernah dengar namanya. Ia adalah korban (survivor) sekaligus saksi sejarah penderitaan perempuan Indonesia yang dipaksa menjadi budak seks (jugun ianfu) pada saat penjajahan Jepang. Ia secara terbuka mewakili korban lainnya menuntut permintaan maaf pemerintah Jepang secara resmi, perbaikan teks sejarah, dan kompensasi. Ia juga menyerukan kepada pemerintah Indonesia untuk memperjuangkan hak-hak para survivor dan mencantumkan tragedi jugun ianfu dalam buku sejarah Indonesia. Suatu kali ada utusan dari sebuah organisasi yang membujuk Mardiyem untuk menerima uang sebesar ratusan juta rupiah dengan syarat Mardiyem tidak lagi melakukan tuntutan-tuntutan berkaitan dengan mantan jugun ianfu. Dengan tegas Mardiyem menolak tawaran itu,karena berarti mengkhianati teman-temannya. Ia rela tetap hidup dalam kondisi sangat kekurangan hanya mengandalkan uang pensiun suaminya yang kecil dan kadang harus berhutang pada rentenir. Sampai akhir hayatnya ia tetap menikmati hidupnya di rumah semi permanen di atas lahan orang lain yang peduli padanya. Baginya cukup menjadi saksi sejarah dan suara teman-temannya. Ia terutama mendambakan tidak akan terjadi lagi di bumi ini kekerasan terhadap perempuan dalam bentuk apapun.

(2) Meti

Ia adalah seorang Pekerja Rumah Tangga (PRT). Aktif mengorganisasi teman-temannya sesamaPRT agarmempunyai kesadaranuntuk mengembangkan diri dan memperjuangkan hak-haknya sebagai pekerja. Suatu hari ia diminta oleh sebuah stasiun televisi lokal di Yogyakarta yang tertarik dengan aktivitasnya. Dalam acara yang disiarkan secara langsung, ia banyak menceritakan kondisi yang dialami para PRT. Rupanya siaran tersebut dilihat oleh pengguna jasanya (majikan). Ketka Meti sampai di rumah pengguna jasanya usai siaran, ia “disidang”. Ia diminta untuk memilih: berhenti berorganisasi dengan teman-temannya atau berhenti menjadi PRT. Meti memilih tetap berorganisasi. Baginya kondisi baik yang diterimanya tidak membuatnya tenteram, sementara ia tidak dapat menutup mata masih banyak PRT yang kondisinya memprihatinkan.

(3)Etik

Ia bekerja pada usahawaralaba, sebagai staf pembukuan. Ia tidak pernah mengeluh meskipun beberapa kali harus dipindah di tempat yang jauh dari Yogyakarta. Sementara ada temannya yang menolak dipindah tetap dipertahankan. Suatu hari kantor cabang di Yogyakartaterjadi kehilangan uang sebesar puluhan juta yang sedianya akan disetor ke bank. Pimpinan pun melaporkan kepada kepolisian, tetapi sejauh itu belum diketahui siapa pencurinya. Saat kejadian Etik sedang berada di kantor Cabang Bali dan seminggu kemudian dipindah kembali ke Yogyakarta. Sekembalidi Yogyakarta, di saat senggangnya bekerja, Etik ikut merapikan barang-barang di gudang. Saat itu tanpa terduga ia menemukan bungkusan dalam kantong plastik hitam. Karena penasaran kantong tersebut dibuka dan ternyata di dalamnya adalah uang sejumlah uang yang hilang. Sebenarnya kalau ia membawa kantong tersebut pulang tidak ada yang tahu dan ia mempunyai alibi saat kejadian hilannya uang kantor sedang di Bali. Ia memilih melaporkan kepada pimpinan.Apa yang ia terima?Ia justru diminta tidak menceritakan kepada karyawan/staf yang lain tentang penemuan uang itu. Tidak ada pengharagaan sebagai karyawan yang jujur, sekedar untukmemotivasi karyawan yang lain misalnya. Ia malah dipindah ke Jakarta beberapa hari kemudian dengan posisi yang sama. Ia tidak menyesal. Baginya berbuat baik dan benar tidak semata berhubungan dengan manusia tetapi juga ujud ketaatannya kepada Tuhan.

Orang-orang di atas telah menunjukkan, dengan situasi apapun kita dapat menunjukkan sebagai pribadi yang hebat, berprinsip. Melakukan kebaikan tidak harus berharap kebaikan duniawi.Tidak perlu menyesal telah memilih yang benar meskipun dalam kesunyian (*Winarta)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline