Lihat ke Halaman Asli

Bukan Kisah Cut Tari

Diperbarui: 26 Juni 2015   14:52

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Suatu hari di tahun 1999, seorang ibu muda menemui kami.  Singkat cerita, ia baru saja divonis oleh majelis hakim Pengadilan Negeri karena didakwa melakukan perbuatan zina. Majelis hakim menjatuhkan hukuman 6 bulan penjara dengan masa percobaan  1 tahun. Kami berpikir, ibu ini pasti telah menyatakan banding atas putusan yang dijatuhkan dan ingin hukuman yang dijatuhkan lebih ringan atau bahkan bebas dari hukuman. Dugaan kami ternyata salah. Ia memang telah menyatakan banding, tetapi bukan untuk memperingan hukumannya tetapi justru agar lebih berat! Lho? Ibu ini mengaku memang telah melakukan perbuatan zina. Dengan adanya masa percobaan selama satu tahun, terlalu ringan hukuman bagi dirinya yang telah mengkhianati dan menyakiti suaminya. Dengan hukuman percobaan satu tahun itu artinya meskipun ia dinyatakan bersalah dan dijatuhi hukuman 6 bulan penjara, ia tidak menjalani hukuman di penjara apabila selama satu tahun tidak mengulangi perbuatannya. Ia ingin dihukum dengan hukuman maksimal dan menjalani dalam penjara. Seperti yang kita ketahui, ancaman hukuman untuk perbuatan zina sebagaimana diatur dalam Pasal 284 KUHP adalah hukuman penjara maksimal 9 bulan. Perbuatan zina merupakan delik aduan yakni tindak pidana yang dapat dituntut apabila ada pengaduan dari korbannya.

Apakah keinginannya untuk memperberat hukuman yang diterimanya, karena dorongan suaminya atau keluarganya? Tidak. Ia sangat menyesali perbuatannya, meskipun telah berulangkali minta maaf pada suaminya, tidak sedikit pun mengurangi rasa bersalahnya. Sebenarnya suaminya pernah berniat mencabut aduannya, tetapi ia memohon kepada suaminya untuk membiarkan proses hukum terus berlanjut. Ibu ini hanya ingin menunjukkan bahwa ia memang patut dihukum karena perbuatannya. Ia ingin membuktikan sungguh-sungguh sangat menyesali perbuatannya. Ingin mendapat kepercayaan kembali dari suaminya, saudara-saudaranya, dan masyarakat sekitar, bukan karena belas kasihan tetapi karena kesungguhannya untuk menjalani hukuman yang seharusnya memang diterimanya. Hukuman itu sebagai bentuk penghormatan dan penghargaan kepada suaminya. Ia juga tidak ingin ada yang meniru perbuatan zina yang telah dilakukannya.

Ibu ini sangat luar biasa. Orang biasanya justru ingin menutupi kesalahannya atau menghindari hukuman jika berbuat salah. Apalagi para koruptor, sekuat tenaga berusaha menghindari hukuman. Ibu ini mau mengakui kesalahannya dan siap menjalani hukuman yang seharusnya diterimanya.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline