Lihat ke Halaman Asli

Karena Allah Ada Disampingku

Diperbarui: 24 Juni 2015   22:51

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

Jalan tidak selamanya lurus sama halnya dengan kehidupan tak selamanya berjalan mulus itupun tak sesuai dengan apa yang kita pikirkan. Kadang hidup begitu indah juga sebaliknya kadang juga terasa amat pahit. Tak jauh beda dengan masalah yang dialami oleh Haqi si anak Malang. Hidupnya terasa suram setelah ditinggal ayahnya saat dia menduduki bangku Sekolah Dasar. Dia mempunyai 2 saudara dan seorang ibu. Dia adalah anak pertama yang mau tidak mau dia harus menjadi tulang punggung Keluarga dia harus bisa menggantikan posisi ayahnya selagi jadi pemimpin keluarganya.


Menginjak tahun 2010 dia lewati dengan cukup baik. Namun setelah itu menginjak pergantian tahun dia menimpa masalah yang begitu besar. Karena suatu pekerjaan, dia dihadapkan dengan hutang yang begitu dengan jumlah yang sangat besar. Uang jutaan rupiah, menjadi masalah yang selalu dipirkan olehnya untuk saat itu. Mungkin di dalam angan-angannya dia tidak akan memiliki hutang apabila dia bukan seorang pengusaha. Berbagai usaha dia lakukan untuk melunasi hutangnya tersebut, termasuk menjual sepedanya hingga dia sudah tak punya apa-apa lagi. Sampai barang kecilpun ikut dijual seperti magicom, lemari, TV, DVD, salon dan lain sebagainya. Namun dengan cara ini pun belum juga bisa terlunasi hutangnya.


Dua bulan kemudian, dia dihadapkan dengan dua pilihan yang memang begitu sama-sama berat hingga dia bingung tak ingin memilih dua-duanya, antara tahanan dan rumahnya. Dia bingung kalau rumahnya di ambil ibu dan adiknya tinggal dimana, kalaupun gak begitu andaikan dia masuk penjara pasti ibu dan adik masih jadi beban pikiran hingga akhirnya Dua pilihan tersebut tak dipilih. Sebab dia bingung sama-sama berat antara rumah dan polisi.

Karena dia dituntut untuk melunasi hutangnya yang begitu besar kalau gak gitu dia harus berurusan dengan polisi. Namun, dengan terpaksa dia memilih satu diantara dua pilihan itu.
menginjak satu setengah bulan menuju hari pembayaran hutang, dia merasa tidak memiliki apa-apa, tidak memiliki hartapun yang  tersisa.

Hingga akhirnya dia mencurahkan isi hatinya ke temannya yang bersedia membantu untuk menyelesaikan dan membantu untuk menemukan jalan keluar. Dia berpikir, walaupun dia harus bekerja keras siang-malam, tak yakin secepatnya bisa melunasi hutangnya. Setelah itu dia pergi ke masjid, dia minta petunjuk kepada sang Kholiq karena dia yakin ada Allah yang bisa membantunya, Allah yang memberikan jalan keluarnya inipun berjalan dengan langsung. Hingga Dia membiasakan shalat berjamaah sampai-sampai dia tak pulang hingga urusan itu benar-benar clear.
Hingga suatu ketika, dia memohon pada Tuhan, mempertaruhkan pahala shalatnya yang ingin wujud nyata pertolongan Tuhan dari menggadaikan sebagian pahala shalatnya. Pertolongan menyelesaikan masalahnya. Sampai-sampai Ia kepikiran Mati, mati yang biasa menjadi jalan keluar dari permasalahan ini. Tapi tidak terpikirkan sedikitpun di benak anak Malang ini. Karena baginya, mati tidak akan menyelesaikan masalah, tapi malah menambah masalah. Hal terkahir yang sangat diharapkannya, yang dapat menyelesaikan masalahnya dengan tuntas, yaitu kiamat. Katanya, kalaupun kiamat terjadi, selesai sudah semua permasalahan di dunia, termasuk masalah yang menimpanya. Namun, Tuhan mengabulkan doanya. Beberapa hari sebelum pembayaran hutangnya, dia mendapat telepon dari orang yang tak dikenal.

Dan ternyata, Tuhan mengirim orang itu sebagai jawaban dari doanya. Orang itu tak lain ialah orang yang pernah menjadi partner kerjanya dulu. Orang itu mengajak ketemuan dan mengajak bekerja sama. Sebagai bentuk terima kasih, orang itu membantu menyelesaikan masalahnya. Dan akhirnya satu persatu masalah terselesaikan.Dia yakin bahwa Ada Allah selalu menemani hingga akhirnta masalah terselesaikan dengan sempurna..!!!

Selesai……..

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline