Lihat ke Halaman Asli

Apa sih kreativitas itu???

Diperbarui: 26 Juni 2015   11:15

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

Mungkin kita sering mendengar kata kreativitas, tapi apakah kita tahu arti sebenarnya dari kreativitas? Kreativitas itu merupakan proses penciptaan sesuatu yang baru, berbeda, dan unik. Proses itu memiliki tujuan yaitu memberikan keuntungan bagi diri sendiri maupun orang lain. Hasil dari kreativitas itu bisa berbentuk lisan atau tulisan, maupun abstrak atau nyata. Kreativitas itu tidak tumbuh dalam ruang hampa. Kreativitas bergantung pada perolehan pengetahuan dan pengalaman yang diterima. Semakin banyak pengetahuan dan pengalaman maka semakin kreatif/berbeda hasil yang di dapat.

Kreativitas tidak dapat dibagi dalam dua kelompok besar seperti pada intelegensi atau karakteristik yang lainnya. Anak memiliki tingkatan kreativitas seperti tingkatan intelegensi. Terkadang tingkatan kreativitas tidak berjalan seiring dengan intelegensi. Ada anak yang memiliki bakat kreatif tinggi tapi intelegensinya rendah, dan sebaliknya. Misalnya banyak anak yang pandai tapi hanya sedikit anak yang kreatif, yang tidak sekedar memberikan apa yang diinginkan oleh guru. Perkembangan kreativitas dan intelegensi bergantung pada faktor di luar kreativitas dan intelegensi itu. Faktor dalam diri atau lingkungan sering mengganggu perkembangan kreativitas. Lingkungan yang membuat anak tidak bisa berpikir kreatif misalnya kondisi orang tua yang otoriter, tapi tidak berpengaruh pada kecerdasaan tinggi yang selanjutnya menjadikan hubungan kecerdasan dan kreativitas akan rendah. Namun ada hubungan positif antara kecerdasan dan kreativitas, yaitu kreativitas menggunakan pengetahuan yang diterima sebelumnya dan ini bergantung pada kemampuan intelektual seseorang.

Kreativitas mengikuti pola yang dapat diramalkan tetapi ada variasi dalam pola ini. Variasi tersebut disebabkan oleh beberapa faktor. Pertama, jenis kelamin. Anak laki-laki menunjukan kreativitas yang lebih besar dari anak perempuan, terutama setelah masa kanak-kanak. Hal ini karena anak laki-laki mendapatkan perlakuan yang lebih dari anak perempuan. Anak laki-laki lebih diberi kesempatan untuk mandiri, didesak oleh teman untuk berani mengambil resiko, serta di dorong oleh orang tua dan guru untuk menunjukkan inisiatif dan orisinalitas. Kedua, status sosioekonomi. Anak dari kelompok status sosio ekonomi tinggi lebih kreatif daripada anak kelompok rendah. Anak dari kelompok rendah hanya mendapat sedikit kesempatan untuk memperoleh pengetahuan dan pengalaman sehingga mereka tidak sekreatif anak kelompok tinggi. Ketiga, urutan kelahiran. Anak dari berbagai urutan kelahiran menunjukkan tingkat kreativitas yang berbeda. Perbedaan ini lebih menekankan pada faktor lingkungan daripada bawaan. Anak yang lahir di tengah, lahir belakangan, dan anak tunggal mungkin lebih kreatif dari anak yang lahir pertama. Anak pertama biasanya dituntut untuk menyesuaikan diri dengan kemauan orang tuanya. Hal inilah yang menjadikan dia menjadi penurut bukan pencipta. Keempat, ukuran keluarga. Anak dari keluarga kecil cenderung lebih kreatif dari anak dari keluarga besar. Cara mendidik anak yangotoriter dan keadaan sosioekonomi yang kurang menguntungkan pada keluarga besar mungkin lebih mempengaruhi dan mengganggu perkembangan kreativitas anak. Kelima, lingkungan. Lingkungan kota memberikan lebih banyak kesempatan untuk memperoleh pengetahuan dan pengalaman daripada lingkungan pedesaan sehingga anak di lingkungan kota lebih kreatif dari anak di pedesaan. Selain itu, lingkungan anak pedesaan juga kurang merangsang kreativitas. Keenam, intelegensi. Pada setiap umur, anak yang pandai menunjukkan kreativitas lebih besar dari anak kurang pandai. Anak pandai memiliki banyak idi untuk menangani konflik social dan mereka dapat menyelesaikannya.

Beberapa bahaya yang mengancam kreativitas diantaranya kegagalan mendeteksi kreativitas pada waktunya agar dapat dirangsang ketika berkembang, sikap sosial yang tidak positif terhadap kreativitas, kondisi rumah dan sekolah yang kurang menguntungkan bagi perkembangan kreativitas, dan melamun yang berlebihan.

Jika tidak ingin anak menjadi seorang penurut maka perlu melakukan hal-hal yang dapat meningkatkan kreativitas. Hal tersebut adalah tidak mengatur seluruh kegiatan anak, memberikan kesempatan pada anak untuk menyendiri, memotivasi anak untuk menjadi kreatif, menyediakan sarana untuk anak menjadi kreatif, memberikan bimbingan dan dorongan untuk menggunakan sarana yang akan mendorong kreativitas, tidak terlalu posesif pada anak, mendidik anak dengan cara demokratis, serta memberikan kesempatan memperoleh penetahuan dan pengalaman sebanyak-banyaknya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline