Sabtu malam usai menikmati take-away, pakde Joko menyampaikan rencana untuk wisata ke pantai. Aku adalah orang yang paling bergembira mendengar info ini. Berbagai persiapan segera dilakukan, Mbah Ti menyiapkan nasi, bumbu pecel dan sayuran, bude menyiapkan daging untuk dipanggang beserta pernik bumbu dan toppingnya dan kompor gas portable. Pakde, mbak Zahwa dan mbak Anis menyiapkan pakaian salin.
Minggu pagi sekitar pukul 06.10, pak de Win datang. Kami bergegas memasukkan barang-barang ke mobil, satu dus air mineral, nasi, aneka makanan, jajanan, banner bekas dan pakaian salin. Sejenak kemudian kami naik, aku duduk di depan, di samping pak de Win. Di baris tengah Ibuku, Mbak Zahwa dan Mbak Anis, di baris belakang Pakde Joko, Bude dan Mbah Putri.
Mobil bergerak menyusuri jalan sehati lalu belok kanan di jalan perintis kemerdekaan lalu naik ke flyover dan turun di dekat stadion pahoman, Pakde menunjuk ke kanan ke sebuah bangunan ini stadion pahoman ujarnya ramai sekali kalau hari libur atau akhir pekan.
Di dalamnya ada lapangan sepak bola yang dikelilingi oleh lintasan lari. Stadion ini terbuka untuk masyarakat umum kecuali jika dalam kondisi tertentu dibutuhkan oleh instansi tertentu misalnya tes polri, maka stadion akan ditutup untuk umum.
Mobil bergerak masuk ke jalan dokter Susilo. Tak lama berselang pak Adi menunjuk ke sebelah kiri pada sebuah bangunan rumah ini rumah gubernur Lampung ujarnya, halo iya kembali menuju sebuah bangunan berwarna merah ini adalah komplek walikota Bandar Lampung. Lalu ia menunjuk ke depan pada sebuah masjid besar ini Masjid Al Furqon.
Mobil terus melaju karena masih pagi jalanan terasa lengang aku dapat menikmati pemandangan disisi kiri dan kanan jalan. Menjelang kompleks Bank Indonesia belok kanan menyusuri jalan WR Supratman lalu belok kiri ke pusat pertokoan Teluk Betung, lalu belok kiri ke jalan RE Martadinata kami melintasi sebuah jembatan dekat pasar kota Karang.
Tak lama berselang kami tiba pada sebuah SPBU lalu belok kiri menyusuri jalan ke arah Teluk Ratai. Di sebelah kiri tanpa pintu tanda masuk ke pantai duta wisata tak lama berselang tampak papan penunjuk jalan menuju ke Pantai Mutun lalu kami melintasi pasar Hanura kembali ada petunjuk jalan untuk ke pantai Sari ringgung kami terus sampai ke sebuah tanjakan di sebelah kiri tanjakan ada papan penunjuk ke pantai Dewi mandapa dan hutang mangrove.
Tak lama kemudian tampak di hadapan lautan luas terbentang lalu kami belok kanan Pantai Klara. Pantai Klara, singkatan dari Kelapa Rapat, sebuah pantai dengan hamparan pasir putih dan laut yang tenang, serta panorama alam sekitar yang indah.
Sebuah mobil berhenti membuat kami harus mengurangi kecepatan, mobil tersebut ingin masuk ke Pantai Klara 2, mobil kami kembali bergerak perlahan kemudian di gerbang masuk Pantai Klara 1, belok kiri dan masuk. "Lima puluh ribu", ujar penjaga gerbang masuk seraya memberikan selembar tiket.
Perlahan mobil lalu bergerak ke kiri menuju pinggir pantai dan berhenti tepat di belakan pondok nomor 2, satu persatu barang bawaan kami turunkan lalu kami letakkan di pondokan.
Dengan sigapnya Mbah Putri dan Ibu menyiapkan sarapan berupa pecel, yang bumbu dan sayurannya sudah disiapkan dari rumah, jadi tinggal meracik saja, bumbu pecel dicairkan lalu ditambahkan perasan air jeruk. Sementara itu bude menyiapkan kompor gas portable diatas alas berupan banner bekas.