Lihat ke Halaman Asli

Umi Kangen Kamu

Diperbarui: 29 Juni 2023   17:32

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Cerbung. Sumber ilustrasi: pixabay.com/Yuri B

Pukul 6:30 notifikasi aplikasi perpesanan WA berbunyi, "ting". "Selamat ied adha.. mhn maaf lahir bathin", sebuah caption menyertai postingan foto Seorang Wanita mengenakan mukena tersenyum menghadap kamera. Duduk disampingnya seorang santriwati yang saat ini sedang menuntut ilmu di pondok pesantren bimbas Jogyakarga.

Melihat background foto aku membalas, "Ornamennya seperti di Solo atau Jogya?"
"ya masjid kauman.. masjid kraton Jogya, setelah ini sarapan sekitar kraton.. taman sari.. benteng jogja.. siang balik menuju kos kosan belakang malio.. CIA mau ke mr DIY", lanjutnya.

Mengenakan pakaian sekenanya, ia segera keluar rumah lalu mengunci pintu. Hari ini adalah hari yang menggembirakan baginya, karena walaupun anaknya tidak libur tetapi pondok mengizinkan orang tua untuk menjenguk putri-putrinya.

Pukul 9 pagi, sebuah mobil minibus angkutan online sudah tampak di depan rumah, berbekal aplikasi transportasi online ia memesannya. Mobil ini akan mengantarkannya ke Bandara Internasional Radin Inten II, sekitar 30 kilometer dari tempat dia berdiri sekarang ini. Diperlukan waktu sekitar 1 jam untuk tiba di bandara, tergantung kondisi lalu lintas.

Abi, panggilan akbrab suaminya, tidak bisa mengantarkannya ke bandara, karena mendadak dapat panggilan dari Rumah Sakit untuk melakukan bius. "Ada pasien yang harus dilakukan tindakan operasi, teman-teman sudah ambil cuti", ujarnya lirih.

"Ini bukan kali pertama Abi tidak bisa membersamaiku disaat-saat penting", ujarnya dalam hati. Ia memahami sekali profesi suaminya sebagai pranata anestesi yang kerap kali mendapat panggilan darurat dari rumah sakit.

Abi berpikiran bahwa untuk mengantarkan ke bandara masih ada cara lain yang bisa dilakukan, menggunakan jasa online misalnya. Tetapi untuk melakukan pembiusan pasien tidak semua orang bisa. Itulah yang membuat Abi selalu memenuhi panggilan rumah sakit saat ia dibutuhkan.

"Ayo pak jalan", ujarnya kepada sopir. Mobil bergerak menuju ke arah Gunung Camang, menyusuri jalan Ridwan Rais lalu di lampu merah Kedamaian belok kanan menuju jalan bypass Soekarno.

Mobil berhenti sejenak di lampu merah cucian andre, lalu kembali melaju setelah lampu berwarna hijau. Sesekali pak sopir bertanya tentang berbagai hal untuk memecah keheningan. Namun ia lebih banyak terpaku dengan smartphonenya, ia buka kembali kiriman file tiket berbentuk pdf. Ia akan terbang pada pukul 11:30 dan mendarat di Jakarta pada pukul 12:20, selanjutnya ia akan kembali terbang menuju Jogyakarta pada pukul 14:25 wib dan mendarat pada pukul 15:35.

Abi cukup berpengalaman melakukan perjalanan via udara, maka ia memesan tiket dengan jarak antar penerbangan yang memadai. Sebelumnya Ia pernah harus menginap di hotel transit akibat ketinggalan penerbangan.

Mobil kembali berhenti di lampu merah bundaran Tugu Raden Intan, Hajimena, Natar. Perjalanan terasa lancar karena pemerintah kota Bandar Lampung semasa kepemimpinan Bapak Herman HN telah membangun 5 fly over di ruas jalan Soekarno Hatta, fly over jalan Pangeran Antasari, Sukabumi,  fly over jalan Sultan Agung, Way Halim, fly over jalan Ki Maja, Tanjung Senang, fly over jalan Untung Suropati, Labuhan Dalam dan fly over jalan Komaruddin, Rajabasa.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline