Lihat ke Halaman Asli

Keping Koin yang Mengingatkan, Betapa Berharganya Sehat Itu

Diperbarui: 12 November 2017   03:25

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

@vbi_djenggotten

Disuatu waktu, di tahun 2013 , "...Saya kalau tidak enak badan, rasanya belum sembuh benar kalau belum dikerok." Demikian pernyataan salah satu sepuh masyarakat Tenjolaya Ciwidey, saat penulis menanyakan alasannya yang demikian keranjingan akan "Kerokan". Ketika sowan di rumahnya sembari melihat berbagai koleksi koin kuno miliknya, malah kala itu penulis sempat diberi beberapa koin koleksi, yang kemudian salah satunya dijadiin gantungan kalung.

Bahkan ketika pulang kampung saat ketemu dengannya di malam lebaran kemarin, ala pengobatan tradisional yang unik inipun sama kerap dia dilakukan.

1 cen hindia belanda 1937. Kecil tapi berguna

Pada dasarnya bagi mayoritas masyarakat kita terutama di pedesaan, ritual "Kerokan" itu sudah dikenal betul sejak lama turun temurun. Kebiasaan ini biasanya dilaksanakan saat sedang masuk angin.

Walaupun kata masuk angin sendiri sebenarnya tidak ada dalam istilah kedokteran. Kemungkinan yang dimaksud dengan masuk angin disini adalah perasaan kembung atau sebah yang dibarengi dengan kepala pusing berputar dan mual diikuti dengan demam ringan.

Sekali waktu penulis pernah nyobain dikerok di punggung, sekalian diberi petunjuk teknik dan caranya. Alat kerokannya sih waktu itu berupa koin logam seratus gede, namun katanya bisa apa saja yang penting alat kerok umumnya tumpul dan halus, supaya tidak melukai kulit.

Pasca "Kerokan" yang didapat, badan terasa ringan dan nyaman, dan rasa gak enak di badan berangsur hilang. Namun satu hal yang masih kuingat rasa perihnya itu tuh, maklum badan kurus ini kagetan kalau dikerok.

tukang kerokan biasanya punya koin cepe seperti ini

Dan teknik "Kerokan" ini pernah juga dipraktekan terhadap seorang rekan seperjalanan beberapa waktu yang lalu di Sukabumi. Perjalanan yang melelahkan menempuh jarak yang amat jauh, serta diguyur hujan yang lebat, telah membuatnya kelelahan, sehingga dia mengalami demam, panas tinggi malam-malam.

Dan bukannya minum obat, dia malah minta dikerokin Untunglah bekal pengetahuan di masa lalu dan koin kuno yang selalu tergantung dileher, sedikitnya tahu sedikit teknik cara kerokan badan orang yang masuk angin. Pasca kerokan, esok paginya dia bisa beraktifitas kembali seperti semula.

Agar kulit tidak terluka, terlebih dulu biasanya kulit diolesi dengan minyak atau balsem, Dalam hal ini bisa berupaBalsem Lang, Minyak Telon, Minyak Bayi, kalaupun tak ada bisa jugaminyakkelapa yang dicampur dengan jahe, atau bawang merah dan lain-lain. Pemakaian minyak ini juga berfungsi untuk menghangatkan kulit.

Balsem Lang dengan aromatherapy

Sedangkan tekanan tangan saat mengerok harus cukup kuat namun tarikannya dilaksanakan perlahan-lahan saja, dengan arah dimulai dari atas ke bawah. Jangan serampangan tanpa arah yang jelas, karena bisa bikin perih dan trauma bagi yang dikerok. Semakin tua warna goresan (merah kehitaman) menunjukkan semakin parahnya masuk angin yang diderita.

Agar lebih efektif, kerokan didasarkan pada titik akupunktur dan meridiannya sesuai dengan keluhan penyakit yang terjadi.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline