Rasanya sudah lebih dari cukup untuk menyimpulkan, bahwa ada suatu kekurangan permanen dari pelatih RD yang sulit untuk diubah. Yaitu dia kurang piawai, lamban dan kurang cerdas dalam menerapkan taktik dan strategi yang pas. Kalaupun dia pernah mengantarkan Persipura dan Sriwijaya FC menjuarai LSI. Bukan hal yang luar biasa, karena Jackson F Tiago pun pernah bahkan berkali kali membawa Persipura juara LSI. Demikian pula, Kas Hartadi juga pernah mengantarkan Sriwijaya FC juara LSI.
Masih kita ingat bahwa RD pernah 2 kali gagal mengantarkan Timnas U 23 menjuarai Sea Games 2011 dan 2013 dengan kesalahan2 typical yang kurang lebih sama. Kalah dalam hal taktik dan strategi. Pada waktu menangani Arema di musim kompetisi lalupun, RD hanya bisa mengantarkan Arema juara 2 kalah dari Persipura. RD hanya punya kebisaan mengumpulkan pemain2 bintang tapi kurang piawai dalam mengelola dan memanfaatkan secara maksimal. Kurang apa lagi dengan pemain2 bintang yang dikumpulkannya di Arema. Bahkan ketidak hadiran RD di Arema musim kompetisi ini (karena hijrah melatih "Persebaya ISL?") juga tidak berpengaruh banyak. Terbukti bahwa Arema di musim kompetisi ini di bawah pelatih Suharno justru lebih "moncreng", tidak monoton, lebih atraktif, dengan penerapan2 taktik dan strategi yang piawai dari pelatih Suharno. Bahkan kalau dibandingkan lagi, pelatih Persib "Djadjang Nurdjaman" menurut pengamatan penulis, berada di atas RD.
Analisa penulis mengani RD menjadi lengkap dengan dengan kekalahan 0 - 3 "Persebaya ISL" dari Persela Lamongan baru2 ini yaitu soal taktik dan strategi yang lemah dari RD. Benar kata bung Manly Villa bahwa "Semua taktik dan strategi yang di terapkan pelatih Persebaya ISL dapat di baca dan mentahkan oleh anak anak Persela Lamongan, dan tidak itu saja,kelemahan dari Persebaya ISL dapat di baca dan di manfaatkan oleh pelatih Persela Lamongan". Lebih lanjut bung Manly mengatakan, bahwa " Dalam pertandingan antara Persela Lamongan melawan Persebaya ISL,semua gol ( tiga gol ) berasal dari serangan dari sayap,karena pelatih Persela Lamongan mengetahui bagian bek baik kanan atau kiri Persebaya ISL adalah titik lemahnya.Dan daerah itulah yang terus menerus di gempur oleh Persela Lamongan untuk mencetak gol ke gawang Persebaya ISL,tanpa bisa di atasi oleh pelatih terbaik di Indonesia".
Jadi jelas, kekalahan "Persebaya ISL" dari Persela Lamongan adalah karena kesalahan menerapkan strategi awal. Dan parahnya ketika pelatih Persela "Eduard Tjong" menerapkan "counter strategi", RD lamban dan tidak tanggap untuk menyesuaikan kembali taktik dan strateginya. Alasan yang dikemukakan RD lagi2 alasan klasik, "faktor non teknis", "anak2 panik" dsb. Alasan yang menurut penulis di ada2kan. Sebetulnya tidak ada itu alasan "faktor non teknis". Semuanya faktor teknis, yaitu kesalahan dari segi taktik dan strategi. Pertanyaannya, kenapa anak2 "panik"?. Menurut penulis anak2 panik karena ternyata taktik dan strategi yang diinstruksikan salah dan di "counter taktik/strategi" secara tepat oleh "Tjong". Parahnya, RD lamban dalam menerapkan penyesuaian taktik/strategi. Bahkan "panik", sehingga anak2pun jadi "panik".
Mau apa lagi RD? Apakah wacana untuk mendatangkan Stefano Lilipaly akan banyak berpengaruh? Semua pemain bintang yang dikumpulkannya kan tidak ada artinya? Semuanya kembali kepada bagaimana pelatihnya. Mudah2an ini bisa menjadi bahan evaluasi bagi manajer tim "Persebaya ISL"
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H