Lihat ke Halaman Asli

Wina Alda

Penulis

Suara Dini Hari

Diperbarui: 30 Juni 2024   21:26

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

sumber gambar: unsplash.com

Langit telah menggelap tanpa taburan bintang. Angin dingin yang mengabarkan hujan terasa menusuk layaknya jarum. Suara jangkrik menyahuti setiap obrolan para mahasiswa yang baru pulang ikut kajian di masjid tak jauh dari posko. Setelah seminggu berada di tempat KKN, ini adalah kajian pertama yang mereka ikuti. Kajiannya dilakukan seminggu sekali, setiap malam Jumat. Kegiatannya dimulai dengan yasinan bersama, lalu dilanjutkan dengan ceramah ustaz.

Nadia memegang erat tangan Yunda, sahabatnya, ketika para lelaki mulai bercerita tentang hantu. Seolah tidak puas, mereka juga membuat suara-suara aneh. Satu orang bertugas untuk memberikan efek jumpscare dengan berteriak dan mengentakkan kaki ke tanah. Sontak semua orang-terutama perempuan-menjerit histeris. Nadia sampai memeluk Yunda.

"Eh, udah, dong! Nanti disamperin beneran tahu rasa kalian!" omel Yunda.

Bukannya sadar, mereka malah meledek Yunda dan berusaha mendorong Yunda ke dalam rumpun bambu di pinggir jalan. Nadia menjerit-jerit sambil menarik tangan Yunda kembali mendekat padanya. Setelah itu, mereka hanya tertawa melihat Yunda dan Nadia yang sudah hampir menangis.

Lima belas menit kemudian, mereka tiba di posko KKN. Rumah panggung khas sunda yang dijadikan posko itu berada di tengah-tengah kampung. Bangunan tersebut merupakan balai musyawarah yang biasa digunakan oleh warga sekitar. Namun, Pak RT bilang, rumah itu tidak sengaja dibangun untuk balai musyawarah, tetapi merupakan rumah kosong yang pemiliknya sudah meninggal. Pemiliknya adalah sepasang suami istri yang sampai akhir hayatnya tidak punya anak sama sekali.

Sekilas memang tidak ada yang aneh. Suasananya terasa hangat, layaknya rumah nenek di kampung halaman. Di depan rumah terdapat jalan yang menjadi penghubung utama kampung ini. Walaupun sudah malam, jalanan biasanya ramai oleh bapak-bapak yang meronda, atau orang-orang yang pergi mencari jajanan hangat seperti basreng dan seblak. Namun, berhubung malam ini sudah mulai turun hujan, jalanan sudah sepi. Hanya ada beberapa pengendara motor yang terlihat melintas.

Nadia dan teman-temannya masuk ke dalam rumah. Sebenarnya, posko laki-laki terpisah dengan perempuan. Mereka ditampung di rumah Pak Haji, tak jauh dari posko perempuan. Namun, mereka hanya menumpang tidur saja di rumah Pak Haji. Sebab, semua kegiatan dilakukan di posko perempuan, termasuk kegiatan memasak dan makan. Baik laki-laki maupun perempuan, semua kebagian jadwal memasak dan bersih-bersih tanpa dibeda-bedakan. Selama satu hari satu malam di tanggal tersebut, yang kebagian jadwal bertanggung jawab melakukan semua pekerjaan yang sudah ditentukan. Hari ini jadwalnya Nadia dan Yunda. Dari pagi sampai malam, mereka yang bertugas menyiapkan makanan mulai dari sarapan hingga makan malam. Sementara itu, Riko, Denis, dan Yanto bagian bersih-bersih.

"Nad, kamu ngerasain hal yang aneh gak sih?" tanya Yunda tiba-tiba.

Nadia yang sedang mengiris bawang mengusap matanya yang perih. Mereka akan memasak nasi goreng untuk makan malam.

"Hal aneh apa?" Nadia balik bertanya.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline