Setelah heboh #PapaMintaSaham, kini dalam kasus kopi sianida muncul #JessicaMintaCium. Dalam acara Indonesia Lawyer Club TVone 02/02/16, Dermawan Salihin - ayah Mirna, sempat menyebutkan isi pesan Whatsapp Jessica kepada Mirna. "Dia WhatsApp salah satunya, 'Mir, mau dong dicium sama lo. Udah lama deh.'"
Pengungkapan isi WA hp mendiang Mirna ini untuk menyelidki lebih jauh tentang orientasi seksual dari Jessica, yang mungkin akan memberikan petunjuk lanjutan untuk terbongkarnya kasus ini. Sisi gelap Jessica yang memalukan terpaksa dibeberkan. Ini adalah salah satu strategi untuk mendapatkan bukti mendukung pembunuhan Mirna yang baru berapa bulan menikah. Bisa diartikan adalah pesan "I kow what you did to my daughter".
Strategi Polda Metro Jaya dalam mengungkap kasus ini sudah berulangkali dikatakan oleh Kabid Humas nya yaitu Kombes Mohammad Iqbal. Polisi tidak memberikan BAP Jessica Kumala Wongso, meskipun diminta oleh pengacara nya. Alasannya adalah bagian strategi dalam mengungkap kasus.
"Ini strategi kami. Teknis dan taktis untuk menyidik," kata Iqbal di Mapolda Metro Jaya, Jakarta, Rabu (3/2/2016).
Terbaca bahwa kemungkinan polisi menggunakan teknik bluffing untuk membuat Jessica mengaku. Petunjuk yang didapatkan polisi mengarah pada peracunan oleh Jessica. Tapi sampai saat ini masih kesulitan mendapatkan bukti. Dengan ditahannya Jessica dan ditambah bluffing ini diharapkan moral Jessica akan jatuh dan akhirnya mengakui.
Kalau Jessica membuat pengakuan meracun, maka tugas polisi sudah ringan. Tidak perlu lagi mengaduk aduk rumah Jessica untuk menemukan barang bukti. Masalahnya akan runyam jika Jessica tidak mau mengaku. Tidak mengaku ini bisa disebabkan dua hal. Pertama, Jessica sebetulnya meracun tapi tetap keukeuh ogah mengaku. Mungkin punya perhitungan sendiri tentang kemungkinan kuatnya alat bukti yang dipunyai polisi. Kedua Jessica tidak meracun dan tidak mau mengakui perbuatan yang dilakukan orang lain.
Dengan kondisi seperti di atas maka kalau polisi modal bluffing akhirnya akan menemui jalan buntu. Pemaksaan dengan kekerasan fisik sekarang sulit dilakukan. Dulu mungkin sering dilakukan sehingga terjadi pengkuan yang dipaksakan dan terjadi pengadilan sesat. Dipakailah cara cara kotor. Jaman pra internet mungkin mudah untuk melakukan rekayasa tanpa terjadi keributan yang berarti. Kalau sekarang dipaksakan model begitu tidak bisa. Apalagi tersangkanya adalah dari golongan intelektual tinggi.
Kasus pembunuhan peragawati Dietje itu mungkin contoh nya. Peragawati cantik itu dibunuh dengan cara ditembak kepalanya. Kesalahannya adalah menjalin love story dengan menantu penguasa orde baru. Mayatnya dibuang di daerah Kalibata. Harus dicarikan tersangka yang dibuat mengaku menembaknya. Tersangka dipaksakan supaya sidik jarinya tercetak di pistol yang digunakan menembak. Jaman dulu tidak terlalu sulit mau menciptakan tersangka seperti ini. Manusia apes yang dijadikan tersangka adalah Siradjudin atau lebih dikenal dengan nama Pak De. Dia kena hukuman penjara seumur hidup untuk kejahatan yang tidak dilakukannya.
Mengorek tersangka memang merupakan pekerjaan yang sulit, bahkan di Amerika. Teroris yang terlibat runtuhnya World Trade Center 11 September 2011 juga dikorek habis habisan di penjara Guantanamo. Mengorek informasi dari para militan pasti sangat sulit. Mereka lebih memilih mati daripada membocorkan rahasia. Karena itulah digunakan cara penyiksaan untuk membuka mulut para militan tersebut supaya menunjukkan lokasi persembunyian Osama bin Laden. Digunakan cara penyiksaan metoda waterboarding. Mereka diikat dan matanya ditutup, kemudian digelonggong dengan air untuk mensimulasikan tenggelam. Dengan cara penyiksaan ini diharapkan mereka akan menyerah dan membuka mulut. Metoda waterboarding ini menimbulkan protes di kalangan masyarakat.
Kerja kepolisian jaman sekarang memang lebih sulit dibandingkan rekan rekan nya sebelumnya di jaman orde baru. Waktu itu menciptakan tersangka sangatlah mudah. Sekarang mereka harus bersusah payah menyusun strategi untuk mengungkap kasus. Kerja santai ala jaman dulu tinggal sejarah.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H