Lihat ke Halaman Asli

Willy Sitompul

Pekerja sosial

Saat Bencana, Seberapa Penting Pemberian Makan pada Bayi dan Anak?

Diperbarui: 31 Agustus 2018   17:48

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Menurut data BNPB jumlah korban gempa yang tercatat hingga Senin (13/8/2018) menyebabkan 436 orang meninggal dunia dengan korban luka-luka sebanyak 1.353 orang, sementara jumlah pengungsi tercatat 352.793 orang. (ANTARA FOTO/Ahmad Subaidi)

Sebelum anda menjawab dalam beberapa kategori jawaban: penting, sangat penting, atau penting sekali, ada baiknya kita kenali dulu apa yang dimaksud dengan pemberian makan pada bayi dan anak (PMBA).  

Berbicara tentang pemberian makan pada bayi dan anak (PMBA) tidak terlepas dari Strategi Nasional Peningkatan Pemberian ASI dan MP-ASI yang merekomendasikan pemberian makanan yang baik dan tepat bagi bayi dan anak 0-24 bulan. Rincian strategi tersebut adalah:

  • Inisiasi menyusu dini (IMD) segera setelah lahir minimal selama 1 jam;
  • Pemberian ASI eksklusif sampai usia 6 bulan;
  • Memberikan Makanan Pendamping ASI (MP-ASI) mulai usia 6 bulan; dan
  • Meneruskan pemberian ASI sampai usia 2 tahun atau lebih.

Sumber: wahanavisi.org

World Health Organization (WHO) dalam Resolusi World Health Assembly (WHA) nomor 55.25 tahun 2002 tentang Global Strategy of Infant and Young Child Feeding melaporkan bahwa 60% kematian balita langsung maupun tidak langsung disebabkan oleh kurang gizi dan 2/3 dari kematian tersebut terkait dengan praktik pemberian makan yang kurang tepat pada bayi dan anak.

Ambil contoh awal misalnya, tentang IMD atau pemberian ASI eksklusif, masih banyak yang belum paham bahwa kebutuhan gizi bayi untuk pertumbuhan dan perkembangan yang optimal sampai dengan usia 6 bulan cukup dipenuhi hanya dari ASI saja karena ASI mengandung semua zat gizi dan cairan yang dibutuhkan untuk memenuhi seluruh kebutuhan gizi bayi selama 6 bulan awal kehidupan. 

Oleh karena itu, menyusui secara eksklusif selama 6 bulan merupakan salah satu upaya pemerintah dalam rangka penurunan angka kematian bayi di Indonesia.

Namun, data riset tentang cakupan pemberian ASI eksklusif belumlah menggembirakan. Data capaiannya masih fluktuatif. Berdasarkan pada hasil Survei Sosial Ekonomi Nasional (Susenas) tahun 2009-2011, cakupan pemberian ASI eksklusif pada seluruh bayi dibawah 6 bulan (0--6 bulan) meningkat dari 61.3% pada tahun 2009 menjadi 61.5% pada tahun 2010 tetapi sedikit menurun menjadi 61.1% tahun 2011. 

Pemberian ASI Eksklusif 0-6 bulan berdasarkan hasil Susenas tahun 2012 sebesar 63.4%, sedangkan cakupan pemberian ASI Eksklusif pada bayi sampai 6 bulan sebesar 34.3% pada tahun 2009 menurun menjadi 33.6% pada tahun 2010 dan sedikit meningkat menjadi 38.5% pada tahun 2011 dan menurun lagi menjadi 37.9% di tahun 2012.

Kecenderungan yang sama juga ditunjukkan hasil Survei Demografi Kependudukan Indonesia (SDKI) tahun 2007 dan 2012, pada bayi kurang dari 6 bulan praktik pemberian ASI sebanyak 32 % dan susu botol 28% (2007) lalu pada tahun 2012 pemberian ASI sebesar 42% dan susu botol menjadi 29%, yang mengindikasikan meningkatnya peran pemberian makanan selain ASI yang menghambat perkembangan pemberian ASI Eksklusif. 

Menurut WHO tahun 2009, cakupan ASI Eksklusif 6 bulan sebesar 32%. Hasil Riskesdas tahun 2010 cakupan pemberian ASI Eksklusif untuk bayi laki-laki sebesar 29% dan pada bayi perempuan sebesar 25.4%. Jadi, untuk strategi awal saja hasilnya belum menggembirakan.

Sumber: wahanavisi.org

Pemberian makan yang terlalu dini dan tidak tepat mengakibatkan banyak anak yang menderita kurang gizi. Untuk itu perlu dilakukan pemantauan pertumbuhan sejak lahir secara rutin dan berkesinambungan. Fenomena "gagal tumbuh" atau growth faltering pada anak Indonesia mulai terjadi pada usia 4-6 bulan ketika bayi diberi makanan selain ASI dan terus memburuk hingga usia 18-24 bulan. 

Hasil Riskesdas 2013 menunjukkan 19.6% balita di Indonesia yang menderita gizi kurang (BB/U <-2 Z-Score) dan 37.2% termasuk kategori pendek (TB/U <- 2 Z-Score). Salah satu upaya untuk memperbaiki kondisi tersebut adalah dengan mempromosikan pemberian MP-ASI yang tepat jumlah, tepat kualitas dan tepat waktu.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline