Lihat ke Halaman Asli

Willy Sitompul

Pekerja sosial

Menulis Dapat Poin di Kompasiana, Mungkinkah?

Diperbarui: 28 Agustus 2015   16:47

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Gaya Hidup. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Rawpixel

Saat ini Kompasiana sudah sangat terkenal. Anggotanya yang dikenal dengan sebutan Kompasianer sangat banyak, berasal dari berbagai daerah di Indonesia, bahkan juga dunia. Ada yang mengelompok, bersatu padu membuat kelompok sesuai asal daerah masing-masing. Ada pula yang mengelompok berdasarkan kesukaan alias hobby atau kegemaran. Kalau tukang jepret silahkan gabung ke Kampret. Kalau suka ekonomi ya gabung saja ke Kocek. Kalau anda tinggal di Surabaya dan sekitarnya, boleh juga bergabung di Konek alias Kompasianer Bonek.

Yang jelas Kompasiana bisa besar dan bertumbuh semakin lama semakin dikenal adalah karena jasa-jasa para anggotanya. Para anggota yang tanpa menuntut imbalan mau meluangkan waktu untuk menulis barang satu dua patah kata yang menjelma menjadi sebaris kata penuh makna yang berujung pada dipostingnya satu artikel utuh. Keesokan hari dapat ide baru, dapat tantangan baru entah berwujud lomba atau sekedar mengklarifikasi tulisan kawan lama, maka artikel baru pun tayang. Buah karya pikiran yang menerawang dan panjang.

Apakah karena bisa beriklan di KRL membuat Kompasiana lebih terkenal? Hmm, belum tentu juga. Belum ada yang iseng-iseng menghitung dampak iklan di KRL dengan jumlah netizen yang mengakses Kompasiana. Sesaat terpikir juga untuk melakukan survey ini. Sayang, saya saat ini sudah bermukim di luar Jakarta. Bukan Bodetabek pula. Jadi tak ada KRL. Iklan Kompasiana hanya dapat dilihat ya… di Kompasiana itu sendiri.

Lantas, apa yang diberikan oleh Kompasiana untuk anggotanya? Ajang bertemu setahun sekali via Kompasianival? Memberikan penghargaan kepada beberapa Kompasianer yang rajin menulis? Atas dasar apa penilaiannya? Kan, lewat vote. Siapa aja bisa memberikan suaranya. Benarkah? Hanya admin yang tahu. Terus apa lagi yang diberikan Kompasiana untuk Kompasianer yang tak henti-hentinya menulis hingga harus dibatasi, jarak antar artikel minimal 1 jam? Kan ada penghargaan, ada verifikasi biru buat yang teratur menulis dan aktif di satu bidang tertentu. Ada verifikasi hijau kalau ada scan kartu identitas. Ada apa lagi ya? Ada kartu anggota Kompasiana. Eitss tunggu dulu, yang ini harus beli dong… Mahal? Nggak, murah kok hanya lima puluh ribu… ehm… ehm.. Wah dah ada saldonya belum ya? Ya nggak lah, isi sendiri dong, masa lupa kalau Kompasiana mendukung e-money alias uang elektronik? Terus lima puluh ribunya.....

Apalagi ya yang didapatkan oleh Kompasianer? Kaos… iya kaos, wah… masa sih? Gimana cara dapatnya. Gampang, tinggal klik aja tombol “shop” yang sebaris dengan “beranda” nanti akan terhubung dengan situs online Grazera. Yahhh, beli lagi? Ya iyalah! Mahal? Murah kok hanya seratusan ribu saja… ehmm..ehmm….

Tapi ternyata walau nyaris tak ada reward, tak ada hadiah, tak ada ucapan selamat HL (selain dari sesama Kompasianer), atau ucapan selamat lainnya, para Kompasianer tetap bersemangat. Mulai dari Kompasianer tua yang sudah bergabung sejak Kompasiana ada hingga Kompasianer muda yang mungkin baru kemarin bergabung. Tak peduli tulisan dibaca atau tidak. Tak peduli jika Kompasiana error maka jumlah pembacanya kembali jadi nol. Tak peduli jika error itu membuat verifikasinya turun jadi hijau atau bahkan jadi belum terverifikasi. Tak peduli kerjaan di kantor mungkin sedang menumpuk karena mengejar ingin HL di Kompasiana, walau akhirnya tak HL juga, kalah dengan tulisan yang dibumbui aroma pornografi. Tak peduli jika tak ada yang baca. Mereka tetap menulis. Menulis dan menulis. Merekalah Kompasianer sejati. Rela menunggu 1 jam sebelum memposting artikel berikutnya.

Lalu, sampai kapan mereka akan terus rajin menulis? Saya sendiri tidak tahu. Mungkin ketika Kompasianer tua mulai berguguran, Kompasianer muda akan tetap menulis hingga akhirnya mereka menua menjelma jadi Kompasianer tua dan digantikan oleh Kompasianer muda berikutnya. Sementara Kompasiana semakin besar. Sponsornya semakin banyak. Pendapatan semakin banyak pula dari iklan dan sejuta promosi ploduk-ploduk dalam negeri. Eh… jangan salah ada juga brand luarnya lho? Wah, berapa ya pendapatan Kompasiana dari semua itu?

Tanpa bermaksud apa-apa, menurut saya layak bahkan sangat layak malah, kalau Kompasiana bertumbuh semakin besar. Menuai pendapatan yang banyak juga sah-sah saja. Saya sendiri pun tetap akan menulis di Kompasiana. Lebih enak, ada interaksi dengan sesama penulis gratisan lainnya. Ada acara off air nya pula. Namun, suatu saat jaman pasti berubah. Kata orangtua, roda selalu berputar. Kalau kemajuan suatu negara saja ada titik jenuhnya, maka suatu saat Kompasiana juga akan mengalami hal itu.

Sudah saatnya Kompasiana mulai memikirkan penataan anggota-anggotanya alias para Kompasianer yang budiman. Supaya mereka tetap betah menulis di Kompasiana. Supaya paling tidak, ada sedikit penghargaan. Bagaimana caranya? Salah satunya adalah dengan sistim poin. Jika menulis satu artikel dan tayang, maka akan mendapat sekian poin. Jika kualitas tulisan memang baik dan itu terbukti dari banyaknya vote maka penulis bisa mendapatkan sekian poin dan seterusnya. Untuk apa poin-poin itu? Ya jelas untuk ditukar. Sekian poin bisa dapat stiker. Sekian poin dapat kaos. Sekian poin bisa dapat ini dan itu. Atau, bisa jadi sekian poin bisa dibiayai jalan-jalan ke luar negeri bertemu para Kompasianer di luar negeri sana. Uang dari mana? Ya dari sponsor tentunya.

Wah kalau begitu, kita menulis untuk tujuan komersil dong? Untuk tujuan yang kecil hanya demi selembar stiker dan sejumput kaos Kriko? Luntur dong idealisme kita? Tidak juga, kita tetap menulis untuk tujuan besar. Agar pengalaman yang kita tuliskan bisa berguna bagi orang lain. Agar tips yang kita kemukakan bisa diterapkan oleh orang lain dan menolongnya melakukan berbagai hal. Agar beradu opini tidak hanya berakhir basi dengan bungkus “tulisan sampah” dan sekedar adu gengsi. Dan banyak tujuan besar lainnya.

Sistim poin harusnya mulai diterapkan di Kompasiana. Bagaimana menurut anda para Kompasianer yang budiman?

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline