Bulan Juni adalah bulan dilaksanakannya acara Purnawiyata. Di mana arti dari Purna adalah telah selesai, dan Wiyata adalah Pelajaran / Pengajaran. Jadi Purnawiyata adalah usai sudah pelajaran dan pengajaran yang dilaksanakan tahun ini sehingga dilakukan suatu perayaan untuk merayakannya.
Acara Purnawiyata tentu membutuhkan biaya yang tidak sedikit. Biasanya ada acara pentas seni, pidato dari kepala sekolah dan guru, juga penghargaan untuk siswa berprestasi. Acara ini biasanya juga dilakukan di luar sekolah agar terlihat wah di mata publik. Sebagai bentuk eksistensi sekolah di mata masyarakat. Sehingga perlu pemesanan gedung, membeli hiasan warna warni, seragam baru untuk guru, reservasi penata rias untuk pengisi acara, souvenir untuk wali murid dan lain sebagainya.
Nah, sekarang, sedang viral acara purnawiyata juga dibarengi dengan acara wisuda. Biasanya, wisuda dilaksanakan hanya untuk kalangan mahasiswa, namun sekarang, wisuda dilaksanakan untuk semua jenjang. Baik TK, SMP maupun SMA.
Hal ini tentu menjadi suatu polemik tersendiri.
Ada yang merasa, tidak ada kesannya saat nanti ketika sudah mahasiswa kalau sejak TK saja sudah pernah melakukan wisuda. Tapi ada yang merasa, di setiap moment bersejarah menyelesaikan jenjang pendidikannya, ada sebuah perayaan yang bisa dikenang.
So, siapa yang bisa dijadikan acuan?
Hal yang patut disoroti adalah seberapa penting dan mampu untuk melaksanakan itu.
Mungkin, anak-anak akan merasa senang, karena pagi-pagi sudah dirias sedemikian rupa, memakai kebaya atau jas baru yang dipakai saat acara, bertemu dengan teman-teman lainnya, berfoto bersama dengan bahagia, menyambut hari baru untuk masa depan yang cerah. Begitu juga dengan mamanya, ikut dirias di tata rias yang sama dengan memakai baju warna senada dengan anaknya atau kembaran kebaya dengan sesama wali murid sekolah agar terlihat kompak. Lalu ketika melihat anaknya menaiki panggung yang megah dengan gagahnya untuk mendapatkan ijazah, sang mama menjadi terharu tanpa menyadari riasannya luntur karena menangis, menyadari tiba-tiba saja anaknya sudah tumbuh menjadi lebih besar.
Cuma, apakah semua mama juga merasakan hal yang sama?
Jika melihat status di sosial media yang berseliweran untuk memohon mas menteri membuat aturan baru agar tidak diberlakukan wisuda di tingkat TK, SMP dan SMA, berarti secara tidak langsung, banyak mama yang keberatan akan hal ini.
Bagaimana biaya pendidikan selanjutnya, apakah cicilan bulanan sudah terbayarkan, bagaimana dengan anak-anaknya yang lain yang masih butuh sekolah dan makan. Sementara pemasukan setiap bulan tidak tentu adanya.