Untuk : Elfrida Tedalinda Di akhir tabir hidup, Sebuntal napas bagai benang putus; kalah pada secuil hentakan… Luruh sepagi fajar menguapkan mimpi Tubuh rebah, setengah pengharapan cuma cita-cita tak tersampaikan Menyerah…… pasrah, ujung langkah kaki tereguk sudah Dan isi kepala maklumi saja, tanpa tahu menahu tentang teka teki penghabisan. Di akhir tabir hidup, Selisih musim seperti memahat satu demi satu gurat-gurat kaku Membekas garis waktu ke bumi tak terkalang terganti Menghutang janji tak kuasa menolak detik kembali Akh...simpangsiur matahari sungguh sampai hati Tinggal tamparan kenangan.. cuma… pada tonggak batu belum tentu bertuan Di akhir tabir hidup, Tangis menyisakan nama berharga lama… Singgah sebentar di drama perkabungan Kemudian sedu senyap menitip lawas tanya : Mengapa begitu pasti takdir datang menggilas sia-sia perjuangan ? Mengapa begitu sejati cinta kita pada kematian ?! Mengapa begitu sejati cinta kita pada kematian ?! JOGJA, sekian tahun lalu jika tuan dan puan tidak berkeberatan, silahkan mampir dan alangkah baiknya memberi kritik untuk sebagian puisi-puisi saya di : [caption id="" align="aligncenter" width="298" caption="PUISI-PUISI WILLY MARIBATA"][/caption] [caption id="" align="aligncenter" width="400" caption="PUISI WILLY MARIBATA"] [/caption] TERIMA KASIH BANYAK :)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H