Lihat ke Halaman Asli

Willy

karena kita ada untuk menyenangkan diri kita terlebih dahulu

Senja Ini Aku Menemuimu

Diperbarui: 24 Juni 2015   22:46

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Senja ini aku datang untuk menemui nya,besar harapan ku dia akan menyambut kedatangan ku dengan senyum indah nya.Aku telah mengenal wanita ini selama 8 tahun,selama itu juga aku menyimpan baik kenangan indah ini.

Jika aku bertemu dengan dia hari ini,akan ku katakan kata itu,di iringi oleh detakan doa.Tidak pernah kurasakan hari yang bergemuluh ini di hari ku yang lalu.Setiap detik yang ku lalui hanya kebimbangan, antara iya atau tidak yang akan terucap dari bibir manis nya.”

Sebelum matahari ingin kembali ke pangkuan Sang Pencipta,aku telah mempersiapkan yang terbaik yang ku bisa.Aku telah melakukan survey kecil-kecilan untuk hari ini,mereka bilang “jadilah diri sendiri,dia pasti lebih menyenanginya.Ternyata yang mereka katakan sesuai dengan apa yang ku tanya pada mr.Google,aku harus jadi diri sendiri.Tidak bisa ku hitung lagi usaha yang aku lakukan untuk wanita ini.Hingga suatu hari mereka berkata,

Bukan nya kami tidak mendukung usaha mu,tapi coba kamu berpikir dengan logika.Wanita yang kau tunggu itu,tidak pernah sedikit pun memandang diri mu ada.Kau hanya bayangan teman masa lalu nya,yang dulu pernah dekat dan hubungan kalian pun tak pernah melangkah melawati kata teman.Ingat Teman bukan Sahabat,yang berarti kau tidak begitu berarti bagi nya.Banyak di luar sana yang bisa dia cari untuk menggantikan mu.Tapi,coba lihat diri mu!!! 8 tahun waktu mu yang sia-sia hanya untuk wanita itu yang tak memandang mu.Coba kau hitung,berapa kali kah dia dalam setahun membalas sms yang kau kirimkan,atau berapa kali dia mau mengobrol panjang dengan mu. Jika ada lebih dari 10 kali.Kami semua akan memakan kotoran mu…kotoran mu!!!!!

Hhhuuuttthhhh…

Kata kata itu terus berteriak di dalam otak ku,seakan menambah berat kaki ini.Kebimbangan kembali mengahantui perjalanan ku yang sudah hampir setengah jalan. Siap kah aku dengan jawaban dari nya? Mampu kah aku berhadapan dengan diri nya,yang tidak memandang ku.

AAAHHHHHKKKKKHHHKKKKK…

Rasa nya ingin ku cabut saraf pemikiran ku,aku tidak sanggup memikir kan nya.Aku tidak mau ada yang mengganggu tekad ku hari ini,bahkan jika itu adalah diri ku sendiri karena tekad sudah bulat.Tak ingin ku mundur lagi dan mungkin akan menunggu bertahun-tahun untuk hari ini.

Aku coba bertarung dengan pikiran ku sendiri dan aku pasti bisa menglahkan nya.Ku lihat situasi sekeliling,tiada yang akan mengganggu pertarungan ini.Aku menyelami pemikiran ku,dan mulai bertarung

‘tak ada guna nya kau pergi menemui nya,hal itu akan sia-sia saja’

“tidak ada hal yang sia-sia di dunia ini”

‘kau tidak pernah mengikuti kata-kata ku,hingga akhirnya kau jadi begini’

“aku tidak peduli dengan apa yang kau katakan,aku bahagia dengan keadaan ku sekarang ini”

‘bahagia kau bilang,setiap hari mu hanya mimpi.mimpi akan kau dan dirinya bisa bersanding.mimpi aja lah kau terus.Lihat kenyataan nya kau dan dia bagai langit dan bumi

“itu bukan mimpi tapi hal yang akan ku jadikan nyata hari ini,aku yakin dan jangan pernah kau menghalangi ku”

‘aku tidak menghalangi mu,aku hanya ingin kau sadar’

“aku sadar,dan sangat sadar bahwa aku dan dia kan bersatu”

Mas..mas…

Dah nyampai ini

“perlahan ku dengar suara itu memecahkan pertarungan ini,suara nya makin lama semakin mengeras…”

Sehingga membangunkan ku”

Dengan pikiran yang masih berkecamuk aku mencoba membangun kan mata ini dan melangkah menuju tujuan akhir ku.

Tempat Pemakamam Umum..

Yah..itu lah tujuan ku senja ini,aku akan bertemu dengan nya yang dari dulu hingga saat ini masih ku mimpi kan.Tak lagi sosok wanita itu yang berdiri di hadapan ku,hanya batu nisan yang kokoh berdiri. Nama nya kini tak hanya terukir manis di hati ku tapi juga telah di tempat ini.

Aku hanya bisa terdiam terpaku melihat nya,

Ingin rasa nya ku memecah keheningan malam ini,tapi apa daya kelam terlanjur menyelimuti ku.

Ku coba memungut sisa-sisa tenaga yang ku miliki,

Dan akhirnya terkumpul juga yang tak ada seperempat dari kokoh nya nisan itu,ku coba membuka genggaman tangan ku,dan mulai membuka isi nya.Hanya selembar kertas putih yang terisi.

“aku menemui bukan untuk bersedih,tapi untuk berbicara dengan mu.meski kau kini telah benar-benar tidak akan memandang ku”

Kaki bergetar hebat,tidak lagi dapat menahan beratnya kantung mata ini,aku terjatuh berlutut tepat di hadapan mu,

Aku hanya bisa menatap nya,sembari berkata

“aku akan tetap menyimpan kata itu,hingga kita bertemu di surga nanti”

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline