Suatu ketika sebuah keputusan yang besar oleh kedua orang tuaku setelah tinggal di kota Tasikmalaya, Jawa Barat yaitu memilih kota Jakarta sebagai tempat mengadu nasib orang tuaku. Pada langkah yang diambil oleh orang tua ini agar kehidupan yang lebih baik lagi namun secara bertahap.
Saya sebagai anak ketiga dari empat saudara yang saat itu baru saja menginjak bangku kelas 7 smp harus menyelesaikan satu semester lebih dahulu dan tinggal bertiga dengan dua kakak perempuanku sedangkan orang tuaku dan adikku sudah bertolak di Jakarta lebih dahulu.
Tak pernah membayangkan banyak sekali hal hal yang mengejutkan selama tinggal di Jakarta. Pada saat itu teringat pada pengambilan rapot pada Desember 2013 yaitu dimana hari terakhir menjadi siswa smp dan meninggalkan kota Tasikmalaya.
Bahkan teman-temanku tidak mengetahui atas rencana kepindahanku saat itu. Dan malamnya kami bertiga menyusul untuk bertolak ke Jakarta.
Pada hari pertama dan baru saja keluar dari rumah yang baru saja ditinggali sebagai rumah pertama di Jakarta dalam status mengontrak.
Ada sebuah kejadian dimana membuat saya kebingungan yaitu dimana seorang ibu memanggil saya dalam sebutan "Neng", dan adikku "Tong".
Pada saat itu diriku yang baru saja meninggalkan tanah sunda cukup heran dan berpikir. Mengapa diriku dipanggil Neng yang memiliki arti panggilan untuk anak perempuan, tetapi saya tak mengambil pusing pada saat itu.
Setelah beberapa bulan tinggal di Jakarta. Saya pun menjadi siswa angkatan baru dan terpaksa mengulang dari nol kembali dan di sekolah pertama benar-benar tidak mengetahui apapun dan kenal siapapun.
Namun, harus tetap dijalani hingga saya menemukan culture shock kembali yaitu dimana orang orang berkomunikasi dengan kata "Gue", " Lu ", dan saya berpikir pada saat itu mereka berkomunikasi dengan cara itu namun lebih mengarah bahasa gaul jakarta namun hingga saat ini saya jarang menggunakan kata Gue ataupun Lu karena sudah sebuah kebiasaan saya menggunakan kata Saya dan Kamu.
Bahkan teman teman mempertanyakan mengapa menggunakan kata Saya dan Kamu. Saya pun menjawab karena memang sudah sebuah kebiasaan dari tanah sunda bahkan hingga kini saya mempertahankan hal ini.