Lihat ke Halaman Asli

Makan Siang bersama Kejayaan Besar Dunia

Diperbarui: 25 Juni 2015   20:34

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

1327239144909429325

“Brapo sekilonyo yuk?”,

Tanyaku pada seorang ibu yang menjual duku dipinggir jalan ini,

“Ai cuma selawe duo kilonyo dek”  jawab si ibu sambil mengeluarkan duku-duku dari keranjang dan kemudian menaruhnya diatas tempat alakadarnya dengan ukuran 2 x 2 meter, yang dibagian atas ditutup dengan terpal plastik warna hitam agar tidak tertembus langsung sinar matahari dan hujan.

Aku kemudian mengambil satu biji duku untuk mencicipinya, bagi kami di Jambi mencicipi satu dua biji duku sebelum membeli itu hal yang biasa, sekalipun tidak jadi membeli karena tidak cocok harga atau rasanya.

“Bungkusla duo kilo yuk, buat ole-ole dirumah” pintaku,

“Tunggu benta yo dek, Ayuk nak ngambik timbangan dulu”

“yolah” jawabku sambil menunggu si ibu ngambil timbangan kerumahnya yang berada persis dibelakang tempat jualannya ini. Setelah membayar dua puluh lima ribu rupiah kami sekeluarga langsung menuju ke tempat wisata sejarah Candi Muara Jambi.

[caption id="attachment_165469" align="aligncenter" width="640" caption="Candi Muaro Jambi"][/caption] Semakin dekat kami memasuki komplek percandian yang luas ini, semakin terlihat kiri-kanan jalan tertata rapi dengan tanaman bunga pagar hidup begitu, dari kejauhan mulai terlihat pucuk gapura yang menjadi pintu masuk utama ke komplek percandian ini. Setelah melewati gerbang kami kemudian terhenti di portal jaga registrasi,

[caption id="attachment_165470" align="aligncenter" width="640" caption="Candi Muaro Jambi"]

1327239193220228044

[/caption] “Brapo orang bang” Tanya seorang bapak sambil melihat-lihat isi dalam mobil kami, mungkin dia menghitung jumlah orang yang ada di dalam mobil,

“Limo orang Bang” jawabku,

“Bayarnyo dua puluh tigo Dek”

“Bayar apo Bang” tanyaku

“Karcis masuk dan parker mobilnyo Dek”

“Oh, iyo-iyo Bang” aku bergegas mengeluarkan uang lima puluh ribu dan memberikan kepada si Bapak, kemudian si Bapak dengan cekatan merobek beberapa lembar karcis sekaligus kembalian uang padaku,

“Mokasi yo Dek” jawab si Bapak sambil tersenyum,

“samo-samola Pak” jawabku.

[caption id="attachment_165472" align="aligncenter" width="640" caption="Candi Muaro Jambi"]

1327239243400814929

[/caption] Kemudian kami pelan-pelan masuk ke komplek percandian sambil mencari tempat parkir yang teduh. Setelah memarkir mobil kami mulai menyusuri jalur-jalur yang ada, sebelum itu kami di minta pos jaga untuk mengisi buku tamu bagi pengunjung komplek percandian ini, mungkin sudah prosedur bagi tiap pengunjung yang masuk ke komplek Percandian Muara Jambi, Gratis.

[caption id="attachment_165474" align="aligncenter" width="640" caption="Candi Muaro Jambi"]

1327239288737769431

[/caption] Pandangan pertama dari pos jaga ini kami melihat gedung sebagai pusat informasi, kemudian di depannya ada kedai-kedai  atau counter jualan makanan dan minuman. Selanjutnya kami terhenti ditempat yang banyak parkiran sepedanya, rupanya disini ada tempat penyewaan sepeda, tujuannya mungkin memudahkan para pengunjung melihat-lihat situasi komplek percandian yang luas ini. [caption id="attachment_165475" align="aligncenter" width="640" caption="Main Sepeda Menyusuri Jalan Setapak"]

1327239377859617318

[/caption] Lalu saya dan keluarga mulai menapaki jalan setapak yang menghubungkan antar objek satu ke objek lainnya, disini ada beberapa objek meliputi candi, danau dan situs-situs lainnya, sehingga ada beberapa cabang jalur yang perlu dilalui untuk melihat semua objek yang berada diareal ratusan hektar ini. Saya kemudian bicara pada seorang abang yang menyewakan sepeda,

“Wai bagus-bagus nian sepeda kito ni Bang”

“hehehehe, iyola Dek, kalo dak bagus kagek malas pulo orang nak nyewonyo”

“Brapo pulak sewo sepeda ni Bang”

“Biasola Dek, Sepuluh ribu sejamnyo, mau yang bonceng duo ato yang panjang samo bae”

Dalam hati bergumam mahal jugo sewa sepeda ini, kalo kami berlima berarti lima puluh ribu perjam, lalu aku coba menawar-nawar, walau gak yakin juga,

“Dak biso kurang dikit Bang?, kami mungkin mau nyewo limo sepeda”

“Heeheheeh, Biasonyo segitula Dek, pilihla spedanyo, pakekla” kata si Abang,

“Soal pake gampang la bang, soal hargo tadi cemano bang, kurang dikitla bang?”

“yo segitulah dek, sudah hargo biaso disini, apola Abang cuma jago bae” jawabnya.

Lama-lama jadi ngak enak sendiri aku, karena aku tergolong orang yang gak bisa nawar, ditambah lagi aku bener-bener kebelet mau make sepeda ini,

Lalu spontan aja kujawab, “oke Bang, dak masalah aku cuma nak tau bae, hehehe”

“iyo Dek, pilihla sepeda mano yang kamu suko” kata si Abang.

[caption id="attachment_165476" align="aligncenter" width="640" caption="Penyewaan Sepeda"]

1327239442353397930

[/caption] Luar biasa, suasana disini benar-benar nyaman dan asri, apalagi banyak tegakan pohon-pohon durian, duku, dan sebagainya masih terlihat nyata berbuah, semakin menambah ke-alamian dan kesejukan lingkungan disini,Lalu kamipun masing-masing sibuk memilih-milih sepeda yang mau dipake mengelilingi wilayah ini, setelah semuanya cocok kamipun berjalan pelan menyusuri  jalur sebelah kanan dan terhenti sebentar pada komplek Candi Tinggi, melihat-lihat dan menaiki candi yang ada di depannya sambil berfoto-foto gitu deh. [caption id="attachment_165480" align="aligncenter" width="300" caption="Candi Muaro Jambi"]

13272396921688479684

[/caption] Tak lama kemudian kami berpencar, saya sekeluarga menjambangi Telago Rajo, konon sebagai kolam pemandian raja gitu, sementara adik-adik yang lain menyusuri tempat penyewaan perahu, yang lokasinya kearah yang berbeda. [caption id="attachment_165477" align="aligncenter" width="640" caption="Telago Rajo Candi Muaro Jambi"]

13272394931505486769

[/caption] Ketika saya sekeluarga sampai di objek Telago Rajo, rasanya semakin senang disini, melihat rumput yang rapi, mungkin barusan dipotong dan ini membuat anak-anak menjadi leluasa berlari kesana-kemari, sekaligus merasa bebas memilih tempat duduk diatas rumput. Sesuai rencana awal kami janjian kumpul disini setengah jam setelah berpencar, sekalian mau makan siang yang sudah disiapkan dari rumah, tapi setelah ditunggu-tunggu mereka masih belum datang-datang juga, perut udah keroncongan, singkat kata akhirnya saya dan anak-anak makan duluan, xixixi.. [caption id="attachment_165478" align="aligncenter" width="640" caption="Inilah Menu Makan Siang Kami"]

13272395531441946751

[/caption] Waktu kami hampir selesai makan akhirnya adik-adik datang dengan wajah yang terlihat lelah dan kelaparan, kasian juga, melihat mereka datang spontan aja aku nyeletuk,

“Darimano bae kamu ni?” tanyaku.

“Kami tadi ke danau sano tuna bang main perahu, asik nian bang sampe capek dibuatnyo” jawab si Ica,

“Rasola, untung be kamu dak anyut apo tenggelam” ejekku.

“Ai enak disano bang, rame yang main disitu”

“Iyo, Ramela polagi kalu tetengok cowok, yodak?”

“Basing bae Abang neeee”

“Yolah, makanla lagi, taula abang kamu pasti kelaparan, pakek manas-manasin pulo enak disano”

“xixixixi, Abang ni tau bae, mano nasi buat kami bang?”

“Nah, apo lah abis dak, masalanyo abang tadi enak nian makan jadi dak ingat lagi dengan kamu”

(padahal nasi mereka masi utuh dalam bungkusan satunya)

“Aaaaaaiiiii abang ni cemano kami lapar nian niiiiii?”

“Makonyo cari dulu baru betannyo, tuha ambik dalam asoi itam tu” xixixixi

Mereka bertigapun bergegas makan, lalu akupun kembali selorohin mereka,

“Cepat dikit yo, kalo biso limo menit kerno ado kawan abang nunggu dirumah”

“Hah Bang,..!!!”

“iyo, makonyo cepat sikit”

Mereka bertiga kaget, sambil cepet-cepet makan, Xixixixi,..

Aku sengaja ngerjain mereka abis kesel juga nungguin dari tadi, mereka kulihat makan seperti lomba 17 agustusan gitu , hahaaaahaha,.

Setelah makan kamipun bersiap-siap pulang, perjalanan kali ini benar-benar puas, suasana disini memang cocok untuk wisata keluarga, selain nyaman ada juga muatan pengetahuan sejarah yang belum banyak diketahui orang, [caption id="attachment_165479" align="aligncenter" width="640" caption="Candi Muaro Jambi"]

132723961747672808

[/caption] Tapi saya belum banyak menggali tentang objek-objek situs yang ada disini, termasuk permasalahan serta ancaman terhadap situs percandian yang luasnya ribuan hektar ini, karena akhir-akhir ini sempat mencuat soal terancamnya situs ini oleh keberadaan terminal (stockpile) batu bara yang bersinggungan dengan area percandian, padahal menurut Unesco komplek percandian ini perlu diusulkan sebagai warisan dunia, kalau panjang umur mau kesana lagi, setidaknya ingin mengetahui lebih dalam tentang sejarah simbol kejayaan Budha terbesar di dunia ini, salam.

by ; Willy_jambi@yahoo.com, 0852 7373 9383

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline