Obsesi - terinspirasi oleh puisi dari Andrea Dietrich.
Adrenalin saya terpompa menyaksikan Iko Uwais
menghajar mereka yang bengis
Mata berkabut karena air mata, saya merasa berada di opera
dalam suatu teater yang dikoreografikan dengan indah,
tempat kisah Romeo dan Juliet modern diantara pendukung sepak bola.
Saya duduk melalui adegan Pintu Terlarang yang
akhirannya cukup Hitchcockian dan mengejutkan saya!
Dari kelucuan Warkop yang terus tayang ulang di tv
Hingga kepada kepolosan yang tulus diperagakan Cinta dan Rangga
hingga aksi pria-pria dari film koboi dan perang kemerdekaan yang ditonton bersama ayah;
Saya dibuat terpikat oleh sinema.
Sejak saat itu, saya bersumpah ketika beranjak dewasa untuk menonton pertunjukan setiap akhir pekan
dalam bioskop yang sebenarnya di mana film PERLU dilihat dan didengar!
Kalikan 54 akhir pekan dalam setahun dengan umur saya; tambahkan semua pertunjukan dari masa kecil saya.
Terikat kepada maraton film video 80-an hingga 90-an saya.
Selanjutnya tambahkan film kabel, serial, dan Netflix.
Berapa banyak film yang telah saya tonton seumur hidup saya?
Berapa banyak film yang telah saya ulas di situs internet dan di media sosial?
Semua yang telah terjadi membuat pikiran berhenti di satu titik
Saya adalah salah satu penggemar terbesar film, dan saya . . .terobsesi.
Selamat Hari Film Nasional.
Baca juga konten Kompasiana terkait Hari Film Nasional:
"Bebaskan Penonton Bioskop Membawa Makanan dan Minuman Sendiri!" oleh Irwan Rinaldi Sikumbang
"Pengalaman Pertama Nonton Film Indonesia di Bioskop Medio 80-an" oleh Agung Han
"Karena Perfilman Nasional Masih Terus Berbenah" oleh Yonathan Christanto
"Peringatan Hari Film Nasional, Industri Film Nasional Masih Belum Baik-baik Saja" oleh Dewi Puspasari
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H