Surat cinta memperingati Hari Arsitektur Nasional, 18 Maret.
Jika Anda pernah bertanya-tanya mengapa arsitektur itu penting --- lihat ke atas dan ke sekeliling. Anda mungkin dikelilingi olehnya sekarang.
Pengaruh arsitektur --- yaitu, bangunan dan lingkungan yang dirancang manusia --- ada di mana-mana. Unik di antara profesi kreatif dan artistik, arsitektur selalu mencerminkan usia dan konteks budaya yang memproduksinya.
Merancang dan membangun arsitektur membutuhkan waktu, uang, dan kolaborasi (dari pemodal, pejabat sipil, pembangun, arsitek, dan banyak lagi). Arsitektur tidak terjadi dalam ruang hampa dan tidak pernah berasal dari satu tangan.
Arsitek bekerja dengan lusinan bahkan ratusan atau ribuan orang untuk membentuk bangunan mereka, dan di sepanjang rantai ini, serangkaian nilai yang lebih dalam dan lebih kaya ditransmisikan; arsitektur adalah upaya mengungkapkan bagaimana suatu kultur budaya melihat diri mereka sendiri dan dunia sekitar, dan juga bagaimana orang melihat dan mengalami satu sama lain.
Selain menyediakan tempat berteduh, arsitektur menjadi panggung dan konteks kehidupan kita. Itulah mengapa kita merasakan adrenalin selama berada dek atap gedung 80 lantai, merasa terhubung dan terkoneksi di alun-alun umum yang sibuk, dan menikmati kedamaian di tempat ibadah yang megah dan menjulang tinggi.
Suatu komunitas terbentuk di dalam dan atas perintah arsitektur, dan mengambil karakteristik bangunan mereka. Arsitektur terhubung dengan ekonomi dan sains, dan orang-orang yang mempraktikkannya dapat menjadi teknisi yang berorientasi pada detail (memecahkan persamaan yang dapat membuat bangunan lebih tinggi lagi, atau melairkan ide untuk melestarikan setiap elektron listrik yang terhubung ke bangunan), dan di saat bersamaan menjadi penyair atas ruang dan bentuk.
Saat Anda belajar tentang budaya kuno, hal pertama yang ditunjukkan orang adalah arsitekturnya, karena arsitektur bisa mengekspresikan siapa mereka. Contoh yang paling mudah adalah Mesir.
Lihatlah piramida dan Sphinx, dan Anda akan mendapatkan ide bagus tentang bagaimana mereka memandang penguasa mereka, agama mereka, dan kualitas tanah tempat mereka mengambil bahan bangunan.
Baca juga: "Melintas Kota dengan Arsitektur Ikonik" oleh Nugroho Endepe