Lihat ke Halaman Asli

Willibrodus Nafie

Doa Terbaik Adalah Melakukan Kebaikan

Cerita Pemulung Berjuang Bangun Pesantren Bagi Anak Yatim di Tengah Kepungan Gunung Sampah

Diperbarui: 12 November 2021   22:11

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Saung Galing, seorang pemulung dan kuli bangunan, sekaligus pendiri Pondok Pesantren Nurjadiid (Foto Willi Nafie)

Anak-anak yatim hanya bisa pasrah bertahan hidup di tengah berbagai keterbatasan fasilitas yang dimiliki Pondok Pesantren Nurjadiid, di Kampung Ciketing, RT003/RW 003, Kelurahan Sumur Batu, Kecamatan Bantargebang, Bekasi, Jawa Barat.

Dari tidur di atas tikar bekas tanpa bantal, ditambah basah kuyup akibat tampias air hujan yang masuk lewat celah-celah atap.

Kamar Santri Ponpes Nurjadiid (foto Willi Nafie)

Mata para santri juga mengalami kesakitan lantaran kerap kemasukan serbuk campuran semen dan pasir akibat dinding tembok masih kasar belum 'aci'.

Ketika berada di lantai dua, para santri tidak bisa leluasa. Sedikit lengah saja berisiko jatuh ke bawah. Tingginya sekitar 3,5 meter karena pagar di balkon tak kokoh. Tak ada biaya terpaksa menggunakan bambu sebagai tiang penyanggah guna mengantisipasi hal-hal yang tidak diinginkan tetapi rasa takut jatuh tetap membayangi anak-anak yatim di sana.

Tidak ada donatur yang rutin menopang kehidupan sehari-hari para anak yatim di Pondok Pesantren Nurjadiid. Setiap hari para santri juga rela bergantian memulung di sekitar tempat pembuangan sampah.

Barang-barang bekas yang dipungut dijual ke lapak. Hasilnya digunakan untuk menopang biaya konsumsi sehari-hari.

Dapur yang digunakan untuk memasak juga masih gubuk kini sudah reyot termakan usia. Sering bocor jika hujan turun. Tidak memiliki uang untuk membangun ataupun hanya sekadar renovasi.

Begitulah gambaran sekilas tentang Pondok Pesantren Nurjadiid. Arti dari nama Nurjadiid adalah Cahaya Baru. Ini adalah satu-satunya pondok pesantren yang berdiri di tengah kepungan gunung sampah Bantargebang.

Ada sekitar 250 anak di sana, namun yang bisa ditampung hanya sebagian karena tempat dan biaya terbatas. Di sana para anak yatim belajar ilmu agama. Sementara ilmu pengetahuan umum lainnya juga ada.

Pendiri Pondok Pesantren Nurjadiid  bernama Saung Galing. Pemuda berusia 28 tahun ini membangun rumah bagi anak-anak yatim setelah hijrah dari masa kelamnya sebagai seorang anak punk.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline