Dinamika kerja di masa krisis bisa memicu Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) dari perusahaan bagi para pekerja. Tentu saja perusahaan memiliki berbagai alasan di balik keputusan tersebut.
Beberapa alasan utama pastinya berhubungan dengan lambatnya laju perekonomian yang semakin menurun. Lalu tingginya biaya pengeluaran operasional dan upah bagi karyawan yang sudah tidak seimbang dengan profit.
Sehingga perusahaan mau tidak mau harus mengakhiri hak dan kewajiban antara perusahaan dengan pegawai atau pekerja.
Sebagai pegawai yang bekerja di perusahaan yang diombang-ambing oleh keadaan yang tidak menentu, maka sudah seharusnya pegawai memiliki nilai lebih yang bisa diandalkan oleh perusahaan.
Mereka harus bisa bersaing satu sama lainnya dengan cara yang positif. Bersaing pun tidak selalu berarti berlawanan satu sama lainnya.
Ada kalanya mereka harus berkolaborasi sehingga membentuk tim kerja yang sukses. Inilah yang jarang dipraktikkan oleh sesama pegawai.
Selain harus bersaing secara sehat dan berkolaborasi, mereka pun harus bisa berperilaku produktif di tempat kerja.
Apalagi di era resesi ekonomi yang lesu dan dengan banyaknya tuntutan kerja, para pegawai harus bekerja secara produktif untuk menghemat waktu dan mendapatkan hasil yang diinginkan sesuai ekspektasi.
Itulah salah satu cara agar bisa bertahan untuk tetap eksis di tempat kerja tanpa mengalami PHK.
Meskipun para pegawai ingin menjadi pekerja yang produktif, namun terkadang apa yang dilakukan tidak mengarah pada produktivitas kerja.